ini menceritakan tentang aku yang bernostalgia bareng kawan-kawan ke Bandung yang sudah belasan tahun meninggalkan Bandung, tetapi keterikatanku untuk kota kembang tersebut tidak begitu saja lepas. Dalam satu tahun aku sempatkan 2-3 kali berangjang kesana ke Bandung bernostalgia bersama kawan-kawan yang tetap bertahan bertempat tinggal disana selepas kuliah.
Meskipun kesemrawutan kota Bandung agak meminimalisir kenyamanan tetapi tetap tidak meminimalisir keinginanku guna berkunjung. Banyak evolusi terjadi, Jl. Dago-juga daerah2 yg aku sebut kota lama-Cipaganti, Cihampelas, Setiabudhi, Pasteur dan wilayah lainnya yang hancur keasriannya demi “pembangunan” tetapi ada dua urusan yg masih bertahan, makanannya yang enak dan bervariasi dan wanitanya yang familiar cantik. “Di Bandung, sejumlah kali anda melangkah akan tidak jarang kali bertemu perempuan cantik” anekdot kawan-kawan dan itu nyaris sepenuhnya benar.
Saat oktober 1998 dengan kereta Parahyangan siang aku berangkat ke Bandung, liburan “nostalgia” tidak jarang kali aku kerjakan saat weekday menghindari hingar bingar Bandung ketika weekend. Setelah membubuhkan tas bawaanku, mencampakkan tubuh dibangku dekat jendela dan langsung membuka novel John Grisham kegemaranku. Belum lagi selesai menyimak satu paragraph aku dikejutkan sapaan suara halus.
“Maaf, apakah tidak keberatan bila kita bertukar bangku?” aku menengadah, kaget dan terpana! begitu memahami si empunya suara. ” Hmm..sure..ehh maaf..tidak, maksud saya tidak apa-apa” jawabku dengan gagap.
BACA JUGA > KU ENTOD ANAK MAJIKANKU YANG PERAWAN
Dia lumayan tinggi guna ukuran perempuan Indonesia lebih tidak cukup 170, putih, postur yang proporsional dengan rambut hitam lurus sebahu bak bintang iklan shampoo! Umurnya kira-kira selama akhir 20an mengenakan baju krem ketat dan celana hitam yang pun ketat sampai-sampai menonjolkan seluruh lekak-lekuk tubuhnya! Saat aku berdiri bertukar bangku, semilir tercium wewangian parfum lembut yang entah apa merknya, yang tentu pas sekali dengan penampilannya.
“Maaf mengganggu kenyamanan Anda namun saya biasanya tertidur dalam perjalanan, bila dekat jendela lebih gampang menyandarkan kepala” Ia menyatakan sambil meminta maaf.
“Ngga apa-apa kok” sahutku.
Bagaimana mungkin menampik permintaannya gumamku dalam hati. Setelah berlalu merapihkan bawaannya Iapun duduk dan membuka Elle edisi Australia yang dibawanya. Kamipun terbenam dengan bacaan masing-masing. Ingin rasanya aku memblokir John Grisham-ku dan mengawali pembicaraan dengannya namun menyaksikan Ia begitu asik dengan Elle-nya niat tersebut pun aku urungkan. Kesempatan tersebut muncul ketika pesanan makanan kami tiba.
“Suka pun roti isi” tanyaku membuka pembicaraan
“Iya, entah mengapa aku suka sekali roti isi di kereta, sebenarnya rasanya biasa-biasa aja” jawabnya
“Mungkin keadaan kereta membuatnya enak” lanjutku sekenanya
“Mungkin, oh ya Mas kenalkan saya Vini” seraya menjulurkan tangannya
“Reno, ngga pake Mas” sahutku seraya menyambut tangannya
“Hihihi” tawanya renyah “Kamu lucu juga, dalam rangka apa ke Bandung”
“Main-main aja kangen sama Bandung dan kawan-kawan” jawabku.
“Vini sendiri ke Bandung dalam rangka apa” tanyaku.
“Tugas kantor” jawabnya singkat tegas sepertinya tak mau untuk mengisahkan pekerjaannya.
“Tinggal dimana Vin di Bandung” Ia melafalkan salah satu hotel berbintang di Dago
“Lho kok sama? aku pun di kamar 313” sebuah kebetulan yg mengejutkan
“Oh ya?!! satu lantai pula” ujar Vini tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya.
Selepas santap kami bukan lagi membuka bacaan masing-masing, obrolan-obrolan mengalir dengan fasih diselingi dengan joke-joke badung yang ternyata disukainya. Perbendaharaanku yang satu ini lumayan lumayan banyak, saldo perjalanan rasanya seperti melulu kami yang terdapat dikereta. Vini bahkan bukan lagi malu guna memukul pundak atau mencubit kecil lenganku manakala terdapat joke yang “sangat” nakal. Tanpa terasa kami mendarat di stasiun Bandung tepat jam 16.30, kami naik mobil jemputan hotel seraya terus bersenda gurau dengan lebih akrab lagi.
Di hotel kami berpisah, kamarku dikanan lift sedangkan Vini dikiri. Dikamar aku langsung merebahkan diri menginginkan Vini dan mengingat-ingat seluruh kejadian di kereta, di mobil dan di lift aku menyimpulkan untuk mengajaknya santap malam atau jalan-jalan bahkan kalau dapat lebih dari itu. Karenanya aku urungkan menghubungi kawan-kawanku. Dan terlelap dengan senyum terukir di bibirku.
Jam 19.00 aku dikejutkan oleh dering telepon, belum lagi ‘napak bumi’ aku angkat telepon.
“Hallo” jawabku dengan suara ngantuk.
“Hi Ren istirahat ya?sorry ganggu” tersiar suara halus diseberang.
Vini!! langsung aku bangkit.
“Is ok, aku pun niatnya bangun jam segini namun lupa pesan di front office tadi” jawabku.
“Ada apa Vin?”
“Kamu jadi ngga ketemuan sama kawan-kawan Ren?”
“Hmm..aku belum sempat call mereka, ketiduran”
“Gimana bila malam ini datang sama aku, soalnya aku ngga jadi dinner meeting”
“Sayangkan dandananku bila harus dihapus” lanjutnya dengan tawanya yang khas
Aku shock memperhatikan ajakannya sehingga tidak tahu mesti berbicara apa.
“Halloo..anybody home? Kok diam sih?” serunya, mengejutkan
“Ooohh maaf..kaget..soalnya surprise..kaya ketiban bulan, disuruh datang bidadari” jawabku.
“Dasarr..kamu tuh..ketiban aku baru rasa, cepat mandi dong, casual aja ya” memblokir pembicaraan.
Tidak usah diajak dua kali akupun langsung mandi, keramas, berpakaian casual, parfum disemua ‘sudut’ tubuh dan langsung mengarah ke kekamarnya. Saat pintu tersingkap aku hanya dapat ‘melongo’ menyaksikan penampilannya yang ‘casual’, Vini mengenakan rok jeans tidak banyak diatas lutut dengan dengan belahan dipaha kiri depan yang lumayan tinggi, atasan kaos melekat ketat ditubuhnya dengan bahu terbuka, sungguh pemandangan yg menyekat kerongkongan. “Hii..kok takjub lagi sih” tegur Vini menyadarkan aku dan kamipun segera bergegas.
Setelah puas mencicipi soto sulung dan sate ayam dipojok jl. Merdeka kami lanjutkan menguras malam disalah satu kafe di wilayah Gatsu, Vini memilih seat di bar yang agak memojok dengan cahaya lampu yang minim. Aku memesan tequila orange double dengan tambahan es sedangkan Vini memilih illusion, hentakan musik yg keras menciptakan kami mesti berkata dengan merapatkan telinga dengan lawan bicara, ketika itulah, aku mencium wewangian parfum malamnya, diperbanyak dengan nafas yang menerpa telingaku saat berkata membuat sensor birahi adegan cerita dewasa ku menciduk sinyal yang menggetarkan unsur sensitif ditubuhku.
Waktu band memainkan lagu yang disukainya Vini turun dari kursi, bergoyang mengekor irama lagu, suatu pemandangan yang menakjubkan, gerakan pundak telanjangnya, tangannya dan pinggulnya begitu serasi. Erotis tetapi tidak menyerahkan kesan vulgar, dan ketika kami ‘turun’ ditempat (bukan di dance floor)-lebih tepat disebut berdekapan dengan tidak banyak gerakan-buah dadanya sesekali menyentuh tubuhku, aku menikmati getaran-getaran halus dan hangat menjalar diseluruh tubuhku. Entah pada ‘turun’ yg keberapa kali aku memberanikan diri, kukecup lembut lehernya dan..”Ehh..” melulu itu yg terbit dari bibirnya yang sensual. Seolah mendapat ijin akupun memeluknya lebih erat serta sekilas mengecup lembut bibirnya, setelah tersebut Vinilah yang menyerahkan kecupan-kecupan kecil di bibirku..Malam yang indah.
Sebelum tengah malam kami meninggalkan kafe, dalam taksi mengarah ke hotel Vini menyandarkan kepalanya di dada kananku, peluang ini tidak aku sia-siakan, kuangkat dagunya membuatnya tengadah. Sekilas kami perpandangan, bibirnya bergetar, Vini memejamkan matanya seakan memahami keinginanku segera saja kubenamkan bibirku di bibirnya, kecupan lembut yang semakin lama berganti dengan pagutan-pagutan birahi tanpa peduli pada supir taksi yang sesekali mengintip lewat kaca spion. Lidah kamipun menggeliat-geliat, saling memutar dan menghisap, sedangkan tanganku meraba-raba dadanya dengan lembut, belum sempat beraksi lebih tidak terasa taksi kami sudah sampai di hotel.
Kamipun bergegas mengarah ke lift dan melanjutkan lagi apa yang kami kerjakan di taksi, kusandarkan tubuhnya di dinding lift memagut leher dan pundaknya yg putih telanjang. “Reno..eehh..” desahnya. Keluar lift Vini unik tanganku kekamarnya, begitu pintu kamar diblokir Vini langsung unik kepalaku memagut bibirku dengan bernafsu, lidahnya pulang menggeliat-geliat di mulutku tetapi lebih binal lagi. Kusandarkan tubuhnya di dinding kamar supaya tanganku lebih leluasa, tangan kananku mendekap pinggulnya sedangkan tangan kiri mulai meremas-remas buah kenikmatannya yang begitu kenyal. Kejantananku membatu, hendak rasanya segera kukeluarkan dari kungkungan celana namun kutahan, aku hendak menikmati seluruh ini perlahan-lahan. Kutarik pinggul Vini sambil mengurangi pinggulku menciptakan “perangkat” kesenangan kami beradu-walaupun masih terbungkus-membuat desiran darah kami bertambah dan semakin memanas ketika kami menggesek-gesekannya. “Ahh..Ren..”desah Vini pulang dan saat tersebut kurasakan lidahnya yang hangat basah menjalar di telingaku melingkar-lingkar di leherku. “Eeehh..aahh..” giliran aku yang mendesah menikmati permainan lidahnya.
Lidahnya semakin turun kedadaku sedangkan jari-jari lentiknya membuka kancing bajuku satu per satu. Dan.. lidahnya beralih keputing dadaku, berputar-putar jalang, mengecup, menghisap dan sesekali menggigit-gigit kecil. “Terus Vin..teruss..ahh..” suaraku bergetar meminta meneruskan kesenangan yang diserahkan mulutnya. Kurasakan Vini semakin binal memainkan mulutnya yang semakin turun. Ia berlutut ketika lidahnya meliuk-liuk di pusar seraya tangannya membuka celanaku. Vini meremas, mengecup dan menggigit-gigit lembut kejantananku yang masih terbungkus CD dan setelah tersebut Ia memasukan tangannya kedalam CD dan menerbitkan milikku yang telah membatu. Ia menggenggam dan menggosok-gosokkan jempolnya di ujung kepala kejantananku yang telah basah memunculkan rasa ngilu yang nikmat..dan..akhirnya..lidahnya berputar-putar disana.
“..aakhh..sshh..”desahku tak terbendung manakala lidahnya semakin kencang bergerak dibawah kepala kemaluanku dan diteruskan keseluruh batang dan buah zakar. “Enakk Vin..
aahh..kamu pintar sekalii..hisap cantik..hisapp..” aku meracau tidak karuan memintanya mengerjakan lebih lagi.
Vini memahami betul apa yang mesti dilakukannya, dikecupnya kepala kejantananku dan dimasukannya..hanya sekedar itu!dan mulai menghisap-hisap seraya tetap lidahnya menjilat-jilat, berputar-putar..serangan ganda!!sunguh nikmatt!! Setelah tersebut barulah Ia menelan semuanya menciptakan seluruh tubuhku bergetar hebat dilanda kenikmatan. Kuraih kepalanya memasukan semua jari-jemariku dirambutnya yang halus dan menggenggamnya, dengan demikian mempermudah aku menata gerakan kepalanya. Namun semakin lama genggamanku bukan lagi berguna, sebab ritme gerakan kepalanya semakin cepat mengkocok-kocok kemaluanku menciptakan tubuhku serasa melayang-layang, semakin aku mengerang kesenangan semakin cepat Vini menggerakan ritme kocokannya. “Nikmat Vin..ahh..lagi..lebih cepat..oohh” pintaku diselah-selah erangan yang semakin tidak terkontrol. Dan begitu kurasakan bakal meledak segera kutahan dan kutarik kepalanya, aku tidak hendak menyelesaikan kesenangan ini dimulutnya.
Kuangkat tubuhnya dan kupeluk mesra. “Suka?”bisiknya bertanya. “Suka sekali..kamu hebat..” jawabku berbisik sekaligus menjilat dan menghisap kupingnya. “Ooohh..” erang Vini. Kubalas apa yang Ia kerjakan tadi, kupagut leher dan pundaknya serta membuka atasan dan bra 34b-nya, dua bukit kenikmatannya yang bulat putih itupun menyembul dengan puting kecil pinkies yang telah mengeras. Lidahkupun segera bertindak menjilat-jilat putingnya “Eeehh..Reno..” lenguh Vini dan membusungkan dadanya meminta lebih, kuhisap putingnya “Auuhh..akkhh..”erangannya semakin keras, hisapanku semakin menggila tidak lagi putingnya tapi beberapa buah dadanyapun mulai masuk kedalam mulutku. “Aaaghh.. Ren..aauuhh..kamu ganaas..”jeritnya.
Puas melumat buah kenikmatannya gilirin aku yang berlutut seraya melepas roknya, tampaklah CD mini putih menutupi kewanitaannya. Kuelus-elus unsur yang terhimpit paha dengan jari tengahku terasa lembab dan kumasukan dari segi CDnya sampai-sampai menyentuh daging lembut basah.
“Renoo..uugghh..”kembali erangan birahi terbit dari mulutnya masa-masa ujung jariku mulai bergerak-gerak di mulut kewanitaannya sedangkan mulutku sibuk mengecup dan menjilat sebelah dalam paha mulusnya. Beberapa saat lantas penutup terakhir tersebut kulepaskan, rambut2 halus tipis menghias kewanitaannya dengan klitoris yang yang menyembul dari belahannya. Kuangkat kaki kirinya meletakan tungkainya di bahu kananku sampai-sampai leluasa aku menyaksikan seluruh unsur kenikmatannya.
Akupun mulai sibuk menjilati dan sesekali menghisap-hisap klitorisnya. “Aaa..Renoo..” jerit Vini tertahan seraya menjambak rambutku yang panjang, lidahku bergerak cepat menggeliat-geliat menjilat kewanitaannya yang semakin basah, sedangkan jariku berputar-putar didalamnya. “Ssshh..eehh” desis Vina menikmati hisapanku yang powerful di lubang kenikmatannya. Kubuka bibir kewanitaannya dan menjulurkan lidahku lebih dalam dalam lagi Vinipun menjawab dengan menyorongkannya kemukaku, praktis seluruh sudah dimulutku, kumiringkan tidak banyak kepalaku sehingga mempermudah aku “memakan” seluruh kewanitaannya.”Renoo..stopp..aahh..aku ngga tahann..”aku tidak memperdulikan keingingannya bahkan semakin menggila “My godd..Renn..shhff..pleasee..stop” tangannya sekuat tenaga unik rambutku supaya mulutku terlepas dari kewanitaannya.
Akupun berdiri mengekor keinginannya kurebahkan tubuhnya ditempat istirahat dan kamipun bergumul saling memagut, menghisap dan meremas-remas bagian-bagian sensitif kami. “Sekarang Ren..sekarang.. pleasee..”pintanya berbisiknya. Aku merayap naik ketubuhnya, Vini membuka lebar kedua kakinya Iapun menggelinjang menikmati kepala kejantananku menginjak mulut kewanitaannya, kuhentikan sebatas tersebut dan mulai menggerakannya terbit masuk dengan perlahan. “Ooohh yaa..Renn..enakk..” Vinipun mulai melayangkan pinggulnya mengekor gerakan-gerakanku, sedangkan mulutku tidak henti-hentinya mengulum buah dadanya.”Aagghh..terus Ren..lebih dalamm..aagghh..” pintanya, kutekan batang kemaluanku lebih dalam dan..”Ssshh..”desisku merasakan kesenangan rongga kewanitaanya yang sempit meremas-remas sekujur batang kemaluanku.”Aaaugghh..punya anda enak Vin..” akupun semakin kencang memacu adegan cerita dewasa ku yang menciptakan Vini semakin mengelepar-gelepar.
“Ahh..oucchh..nikmat Ren..sshh..”desahnya menikmati gesekan-gesekan batang kejantananku di dinding kemaluannya. Saat kami menikmati nikmatnya kemaluan masing-masing, tak henti-hentinya kami saling menghisap, memagut bahkan mengigit dengan liarnya..dan.. “Ugghh..Renn..fuck me..fuck me hard..I’m comingg honey..” tubuh Vini mengejang dan tangan serta kakinya mendekap tubuhku dengan kencang “Ouchh..oohh..aku terbit Renn..aaghh..” Iapun kejang sesaat kurasakan denyut-denyut di kewanitaannya dan..tubuh Vinipun lungai.
“Maaf Ren aku duluan..ngga tahan, berakhir udah lama ngga..” bisiknya, aku masih diatasnya dengan kemaluan yang masih tenggelam didalam kewanitaannya. “Ngga apa-apa Vin cewekan multiple orgasm, masih terdapat yang kedua dan seterusnya kok..” jawabku menggoda. “Memangnya kuat..?” tantangnya. “Lihat aja nanti..”membalas tantangannya. “Ihh..itu sih gemar sekali ..” seru Vini manja seraya mencubit pinggangku. Kubalas cubitannya dengan memagut lehernya dan menjilat telinganya sedangkan pinggulku mulai berputar-putar perlahan.”..Mmhhff..”kupagut bibirnya, lidah kamipun saling bertaut, meliuk dengan panasnya. Birahi kamipun pulang membara, desakan pinggulku dibalasnya dengan putaran pinggulnya membuatku melayang-layang. “Shhff..agghh..ouch..” desahanpun tak tertahan terbit keluar dari mulutku. Dengan bahasa tubuh Vini menyuruh pindah posisi, Ia diatas memegang kendali.
Vini mengurangi kewanitaanya dalam-dalam-sehingga kejantananku menyentuh ujung lorong kenikmatannya-dan melayangkan pinggulnya mundur-maju. Semakin lama ayunannya semakin cepat, tak kuasa aku menyangga hentakan-hentakan kesenangan cerita dewasa yang datang dari semua sendi-sendi tubuhku.
“..teruss Vin..aahh..lagi Vin..oohh..punya anda enak..”rintihku. “..punya kamu pun Renn..oucchh..want me to fuck you hardd..mmhh..” tidak butuh jawabanku, dengan di topang tangannya Vini menunduk tambah mempercepat ayunannya. Buah dadanya yang estetis berayun-ayun, kuremas-remas dan yang lainnya kulumat dengan rakus. “Ouchh..Rennoo..nikmatt..lumat seluruh Renn..auuhh..” jerit Vini seraya merendahkan tubuhnya mempermudah aku melumat buah dadanya membuat buaian pinggulnya semakin tidak terkendali, tidak berapa lama lantas tubuhnya pulang mengejang, Vini mengurangi dalam-dalam kewanitaannya menelan semua batang kenikmatanku. “Renn..aku keluarr lagi..AAKKHH..” teriak Vini, tubuhnya juga rubuh diatasku cairan kenikmatannya kurasakan mengairi kejantananku.
Vini rebah diatasku tubuhnya laksana tidak bertulang, melulu desah napasnya menerpa dadaku. Beberapa menit lantas suaranya memecah kesunyian “Punya anda masih keras Ren..belum keluar?”
“Aku tidak hendak kenikmatan ini cepat berakhir” bisikku seraya mengecup pipinya.
“Mmmhh..” Vini bergumam “Aku juga..”bisiknya seraya mengigit mesra leherku kemudian mengecup bibirku. Hanya sejumlah saat, gigitan dan kecupan mesra tersebut kembali menjadi pagutan birahi.
Kamar itupun kembali diisi suara-suara erangan dan desahan kesenangan cerita dewasa, kejantananku yang masih berada didalam kembali menikmati bagaimana nikmat yang diserahkan oleh kewanitaannya. Aku bangun seraya mendorong tubuh Vini sampai-sampai kami berada dalam posisi duduk, satu tanganku mendekap punggungnya, tangan beda meremas-remas buah pantatnya yang bulat padat. Gerakan-gerakan pinggulnya menciptakan rongga kenikmatannya seakan melumat semua batang kejantananku, “Agghh..sshh.. Reenn..” rintihannya menciptakan birahiku tambah memuncak. Kubalas gerakannya dengan menggoyang-goyangkan pinggulku seraya kuhisap putingnya dalam-dalam.”Reenn..achh..shh..fuck me..hardd..”
Kurasakan gerakan tubuh Vini semakin menggila dan bukan cuma tersebut bibirnya semakin mengganas memagut bahkan menggigit bibir, telinga dan leherku. Akupun tidak mampu lagi menahan kesenangan yang diserahkan oleh Vini, kurebahkan tubuhnya dan segera menindihnya, kakinya melingkar di pinggulku dan kamipun kembali memanjat puncak kenikmatan. Batang kejantananku tak henti-henti menikam-nikam lubang kesenangan Vini dengan keras, Ia tidak bermukim diam, diputar-putar pinggulnya seirama tikaman-tikamanku
“Aghh..ngg..sshh..Vinn..nikmat sekali..putarr teruss Vinn..”pintaku merintih-rintih. “Auugghh..Renn..tekan yang dalamm ..” kami terbenam dalam gelimang birahi yang memuncak..dan..”Vini..akuu inginkan keluar..”kurasakan kejantanku meningkat besar. “Yess..yess..I’m coming too honey..” kami berdekapan dengan kuatnya dan secara bersamaan mengejang. “AAKKHH..punya anda enak sekalii Vinn..”pekikku, kutekan dalam-dalam kejantananku dan cairan kenikmatanku juga menyembur terbit membasahi relung-relung kewanitaannya, “Aauughh Renn..nikmatt..sshhekallii..AAKKGGHH..” Kamipun terkapar lemas.
Setelah malam panjang yang estetis itu kami tak henti-hentinya mengulangi adegan cerita dewasa lagi di hari-hari berikutnya, tidak saja di lokasi tidur, tapi seluruh sudut dikamar hotel tersebut bahkan kamar mandipun menjadi saksi bisu adegan cerita dewasa kami. Bandung pulang memberi buah pena khusus dalam hidupku menciptakan keterikatanku semakin besar yang tak bakal pernah kulupakan seumur hidup.
0 Komentar untuk "BERNOSTALGIA DENGAN TEMAN DI BANDUNG"