Cerita Sex Lesbi di Toilet
Cerita Sex 69 - Kenalkan Namaku Dian Ratnasari (nama samaran). Saya ialah satu orang cewek berusia 23 tahun. Saya mahasiswi dalam suatu perguruan tinggi di Bandung. Asalku dari Jawa Timur, jadi tujuannya hanya belajar di Bandung ini. Siapa tahu bisa saja insinyur. Saya tinggal di lokasi Dago, tempati satu rumah yang lumayan luas punya keluarga pamanku. Rumah itu sepi dengan beberapa kamar kosong. Cuma ada saya, satu orang pembantu yang cukup tua serta dua ekor anjing peliharaanku dan beberapa ikan di akuarium di pojok ruangan tamuku. Keluarga pamanku tinggal di Inggris, sebab pekerjaan belajar yang perlu dia kerjakan.Baca Juga : Nikmatnya Bersetubuh Dengan Si TanteBermula dari inisiasi serta tujuan universitas yang dikerjakan kakak-kakak tingkatanku, saya berteman dengan satu orang rekan gadis bernama Santi. Gadis yang manis, dengan tinggi seputar 160 cm, berkulit kuning langsat.
Saat itu, saya benar-benar kasihan jika lihat dia terima hukuman yang menurutku benar-benar mengada-ada oleh seniorku. Diminta mencium-lah, meraba, serta push-up dibawah mereka. Akh… sialan, seribu topan badai! Saya benar-benar tidak terima serta biasa style sok jagoanku ada. Kudekati seniorku serta kuhajar dengan beberapa jurus perjumpaan dariku. Yah, gini-gini saya cukup kuasai karate serta pencak silat, menyerang serta bertahan, dua hal yang benar-benar kusenangi. Maklumlah saya senang berkelahi dari kecil.
Beberapa senior mulai mengeroyokku. Sekalian tentunya, terjatuh-jatuh terima sepakan serta libatan tanganku. Apa akan dikata salah satunya senior, yah mungkin dia terhitung pimpinan mahasiswa di kampusku melerai kami serta menghukum pada kami semua. Lari-lari mengelilingi universitas sekalian menyanyi serta menari, fundamen!
But never mind, yang penting gadis manis itu tidak digoda serta terganggu. Mungkin mereka malu atau takut jika usai waktu yang perlu dilewati mahasiswa baru ini akan bertemu saya serta dapat betul-betul kuhajar mereka. Bagaimana juga yang lemah harus dibela.
Satu minggu selanjutnya, baru kutahu gadis itu satu kelas denganku serta kami juga berteman.
“Hai…, terima kasih yah tempo hari kamu menolongku. Dikarenakan saya, kamu jadi terkena permasalahan deh.” ia menyapaku lebih dulu.
“Ah tidak kok, itu sich masalah kecil buatku”, sekalian tersenyum kusapa balik.
“Oh, yah kita belum berteman tempo hari, nama kamu siapa?” Saya menanyakan seakan saya belum mengetahui namanya. Hi.. hi.. walau sebenarnya saya sudah mengetahui namanya dari senior-seniorku.
Slot Game Indonesia“Santi, kamu?” Duh mak, nih gadis betul-betul manis sekali, senyumnya aah…, ditambah lagi matanya, bundar dengan alis yang teratur rapi berwarna hitam, cocok sekali.
“Hey… kamu mengapa?” Duh diketahui jika terkesima. Eh, nih anak baju serta celananya seksi and sangat ketat, menarik perhatian cowok, pikirku. Beda sekali denganku, celana jeans belel dengan baju panjang kedodoran, potongan rambut pendek cepak serta menggunakan arloji yang besar. Intinya saya suka semacam ini, dahulu saya populer cool antara rekan-rekan cowok SMU-ku di Malang.
“Ah.. yah.. namaku Ratna, selengkapnya Dian Ratnasari. Tetapi kamu bisa panggil saya apa, tetapi Ratna lebih nikmat kedengarannya, he.. he.. he.” Jadi gugup nih.
“Hmm.., kamu tinggal dimana?” tanyaku, siapa tahu kan kelak ia lebih rajin punyai catatan, kan dapat kupinjam. Fundamen otak nakal serta pemalas. Saya bingung , dari kecil saya tidak senang belajar tetapi saya dapat dengan gampang terima apapun dalam otakku. Bukanlah sombong tetapi yah.., hanya demikian saja.
Tanpa ada sadar saya senyum-senyum sendiri, saat dia menegurku, “kamu duduk di sebelahku yah”, pintanya. Saya cuma manggut-manggut saja menyetujui sekalian terus berjalan ke arah kelas kami.
“Eh, kamu ini lucu yah, dari barusan senyum-senyum sendiri hihihi”, dia ketawa kecil. Duh maak manisnya temanku ini.
Mendadak dari arah belakang terdengar kerusuhan kecil, nyatanya segerombolan cowok-cowok mengganggu serta mendustai salah satu orang rekan kami yang lebih kecil ukurannya dari mereka, mungkin seputar 155 cm. Oh, yah saya sendiri 172 cm serta beratku 60 kg. Lumayan tinggi besar untuk ukuran cewek kali, yah?
Kembali lagi saya belagak nih, walau sebenarnya memang tanganku gatal ingin memukul orang, habis sedang gregetan nih sama Santi. Kusambar salah satunya cowok serta tendanganku benar-benar pas bersarang dibawah perutnya, yah si-xxx, tahu temannya menjerit, mereka berhenti serta memandangku. Ada kemarahan di muka mereka, tetapi saya tidak paham mengapa, mereka langsung ngeloyor pergi sekalian menolong temannya berjalan. Akh, saya senang juga. Mulai sejak itu, saya cukup disegani di kampusku, mungkin saja mereka sudah membaca biodataku di buku tahunan.
Kembali menjajari Santi, saya menanyakan , “Eh, dimana rumah kamu?”.
Ia tersenyum, “Kamu masih inget dengan pertanyaanmu sesudah berkelahi baru saja?”, mengatakan demikian, tangannya melekat di pundakku serta turun menggandeng tanganku.
“Yah, satu kali lagi, itu hal kecil buatku, habisnya mereka semaunya mengganggu orang lain”, gumamku sekalian nikmati sentuhan alami lengan serta jari-jari kami yang sama-sama mengait.
“Ah, biarlah, jangan dibahas lagi”.
Jemu saya, kan saya pingin tahu mengenai anak satu ini eh, justru meleset dari intinya.
“Aku tinggal di Taman Sari”, jawabnya. Pada akhirnya melaju jawabannya.
“Tinggal dengan siapa?”, tanyaku cukup bingung.
“Kost, ama rekan-rekan juga. ., banyak kok”, Dia menjawab sekalian pilih tempat duduk buat kami berdua. Ok, di sudut belakang, jadi saya dapat tidur nih.
“hh, bisa main nih, saya jemu sendirian di rumah”, timpalku.
“Aksen kamu kelihatannya tidak dari sini, jika saya dari seputar sini sich, kamu bukan orang sini, kan?”, Dia balik menanyakan padaku. “Iyah, saya bukan orang sini, tetapi saya tinggal di dalam rumah pamanku, sekaligus menjaga tempat tinggalnya.”
Kuliah pertamaku diawali, akh jemu rasa-rasanya. Tanpa ada menyengaja tanganku merangkul bangku samping serta melekat di punggung Santi. Di antara sadar serta tidak, maklum mengantuk, saya seperti rasakan gesekan halus di tangan kananku. Jantungku berhembus serta mulai berdegup kencang.
Kutengok, nyatanya punggungnya betul-betul dia gesekkan ke tangan kananku sampai jamku juga tertarik ke atas-bawah, ke kanan-kiri, akhh saya mulai nikmati permainan ini. Bibirnya terbuka sedikit, dia menengadah serta lehernya yang tahap kulihat benar-benar menantangku. Akh, saya ingin mengecupnya, duh saya bergetar. Ada apakah ini?
Saya duduk dengan resah, akh ia mendustai nafsuku. Aduh dapat pening saya dibuatnya. Saya berdoa, mudah-mudahan kuliah ini cepat usai. Dengan sedikit keberanianku, Iih.., saya takut jika diketahui rekan lain. Telapak tangan kananku mulai meraba serta meremas pundak serta terus turun ke punggung, pinggang, serta berhenti antara dua kantong saku di belakang jeansnya. Dia mulai menggoyang pantatnya, geser depan-belakang, kanan-kiri. Kuremas salah satunya pantatnya yang muat di tanganku. Hehehe nyatanya lumayan kecil, tetapi kenyal, serta enaak sekali. Nafasku juga mengincar secara cepat. Akhh lamanya kuliah ini.
Slot Game IndonesiaPada akhirnya, kuliah usai juga. Permainan kami juga berhenti. Saya tersenyum serta dia juga membalas senyumku serta mengajakku ke belakang (toilet wanita). Duh, edan Santi, apa orang sini berani-berani yah. Tanpa ada ba-bi-bu kuikuti jalannya serta intinya kami telah berada di dalam. Cukup sepi, sebab terhitung masih pagi, belumlah ada yang ke belakang. Saya mengucapkan syukur juga. Lagian yang namanya makhluk sejenis kelamin wanita tidak demikian banyak. Saya pikir-pikir cukup bermain 15 menit.
Saya duduk di closet serta ia kupangku. Kepalanya pas di hadapanku. Kami cuma memiliki jarak berapakah inchi saja. Nafasnya yang hangat menyapu wajahku. Hidungnya yang cukup mancung, dia gesek-gesekkan di hidungku, ih geli juga. Saya tidak tahan.
sekalian melingkarkan lengannya di leherku. Kugendong dia serta saya duduk kembali. Dia ketawa lirih.
Tanganku terus meraba paha, terus ke belakang, meremas pantatnya ke atas mencari pinggang serta mulai menyelusup dibalik kaus ketatnya, setiap gunung kembar itu teraba olehku terlihat kausnya makin bertambah padat serta dia busungkan dadanya sekalian menggeliat meredam nafsu birahinya, duh melekat di punyaku, mendesak serta, “Terus.., .., dan…” Saya tidak sabar, kubuka kaus ketatnya serta edan, Santi betul-betul berbody indah, saya merasakan yang dibawah mulai berdenyut-denyut. Bra-nya yang putih kecil, seolah tidak dapat menutupinya, kubuka sekaligus, serta nampaklah gunung itu. Kecil serta melawan, kuelus serta kujilati, akh harum, keringatnya mulai keluar satu-persatu cukup asin. Akh, saya makin edan. Kuremas pantatnya, kutekan ke selangkanganku, akh dia meremas rambutku serta mendesak kepalaku pas di belahan itu. Akhh! dia mulai menjepit kepalaku, akhh saya hampir tidak dapat bernafas. Edan kencang sekali mainnya! Kecil-kecil cabe rawit. Duh, nafasku sesak nih. Sekalian terus kutekan pantatnya ke perutku.
Akh, terlepas kepalaku kemudian dia menjerit perlahan, terkejut saya, mengapa ia? Baru sekali ini saya lakukan permainan kait-mengait. Ditambah dengan satu orang gadis. Eeh, apa ia masih gadis? Entar kutanya, tetapi mataku sempat melirik jam tanganku serta saya pahami permainan ini harus dipending, ada kuliah .
Kukecup lembut serta lidahku masih ingin melumat ke-2 bukit itu, kupasang kembali bra serta kaus ketatnya.
“Entar , yah”, kataku, dia tersenyum.
“Makasih, Yan”.
Kutepuk-tepuk pantatnya serta selekasnya kuputuskan.
“San.., kamu ingin geser ke rumahku?”, tanpa ada fikir panjang dia mengangguk. Kuturunkan ia serta saya merasakan CD-ku seperti lembab serta lengket.
“San, entar dahulu yah”, sekalian kubuka retsluiting celanaku serta kuraba yang dibalik CD-ku yakni selangkanganku. Jariku basah seperti ada jelly. Ada apakah nih? Saat itu juga kubuka cukup lebar serta saya melongok untuk memandangnya lebih jelas. Santi mendapatkan jariku yang basah serta hirup dan menjilatinya, “Enak, asin, gurih, harum selangit!” terkesima saya lihat mulutnya yang bergetar saat menggumamkan beberapa kata itu.
Tangannya menuntunku masuk celana ketatnya serta terus ke bawah serta dibalik CD-nya, basah juga. Mengapa kami, yah? Bingung yah saya saat itu. Hehehe, saya mulai suka pada permainan ini.
Telapak tanganku nyatanya cukup menutupi selangkangannya, dia gesek-gesekkan serta saya mulai mendesak kemaluannya, jari tengahku mulai main-main kesana-kemari. Kembali Santi menggeliat serta mengeluh lirih. Duh, apa toilet ini kosong yah? Edan nih anak, gunakan acara mengeluh semua ditambah lagi gunakan menjerit.
Eh, seolah ia paham apa yang kupikir, dia berhenti serta cuma menggigit bibirnya. Saya tidak tahan, kulumat bibirnya serta kubuka perlahan dengan mulutku, serta kami berpagutan . Lidahku serta lidahnya terkait serta lama. Matanya terpejam serta akh.., saya temukan daging kecil di, jariku menerobos serta mulai masuk sedikit.
Mendadak melaju pertanyaan di otakku, refleks kukatakan kepadanya, “San, kamu pernah lakukan beginian?”.
Dia menjawab perlahan, “Belum, Yan.., baru sama kamu.”
“Jadi kamu masih gadis, masih punyai selaput?”, kataku.
“Iya, masih. Perlahan saja Yan entar sakit.”
“Maaf, San. Lebih baik tidak saat ini, ada kuliah kan.”
Kulihat Santi sedih, tetapi untuk amannya saja sich, walau sebenarnya benar-benar saya bodoh sekali pelajaran biologi, jadi saya tidak paham berapakah jarak selaput itu di luar vagina. Kutarik jariku serta dia juga menjilatinya sampai bersih. Ok, entar . Nikmat jilatannya.
Singkat kata, Santi geser ke rumah tinggalku serta ia tidak ingin beda kamar. Inginnya satu kamar denganku. Yah, tidak apa-apa sich, cukup ada yang temani. Saya mempunyai rutinitas bermain gitar di sore hari, hanya karena gitar yang dapat kumainkan. Sekarang setiap kali saya mainkan senar gitar Santi tetap menyanyi merdu cuma untukku satu orang. Kadang saya duduk di bangku malas teras luar menghadap taman dalam. Santi hadir serta duduk mengangkangi ke-2 kakiku. Dia senang sekali menggunakan daster pendek di atas lutut dengan CD yang kelihatan jika angin bertiup cukup kencang atau saat dia mengusung kakinya. Intinya beberapa hal gampang semacam itu cukup sudah merangsang nafsuku. Ditambah lagi jika malam datang, Santi menggunakan kimono sutra yang sekali talinya kubuka, nampaklah semua.
Setiap malam dia membikinkan saya susu kegemaranku. Waktu saya asik duduk di computer sedang online atau kerjakan pekerjaan, Santi menghampiriku serta melekat di punggungku. Ini benar-benar kusukai serta Santi tahu itu. Saya rasakan lekukan bibir kemaluannya, bukitnya serta dia menempelkannya, merenggangkannya akhh.., mengaduk-aduk emosiku. Selekasnya saya mengubah badanku. Kurengkuh tubuhnya serta kukempit kakinya dengan ke-2 pahaku yang kuat, terkadang Santi meronta serta saya juga melepaskannya, biasa kami berlarian seperti dua orang kakak beradik bermain kejar serta tangkap. Saya benar-benar suka pada permainan ini. Terkadang Santi mendadak mengerem serta mengubah tubuhnya serta tentunya saya menubruknya serta jatuh bersama dengan bergulingan sama-sama menindih. Nafas kami yang tidak teratur sebab berlari-lari sama-sama mengincar dengan kecupan-kecupan yang makin meningkatkan ketidakberaturannya nafas kami. Buah dada kami sama-sama menggesek serta, “Berat ah.. Yan”, saya lalu dengan sigap ubah tempat dibawah, serta dia menyeringai senang sebab Santi benar-benar tahu saya benar-benar menyayanginya serta tidak ingin dia merasakan sakit atau apa pun. Serta ingin tahu apa yang dia kerjakan setiap itu berlangsung? Santi ambil susu itu serta menumpahkannya di vaginanya serta saya menjilatinya sampai kenikmatan yang sangat benar-benar pada kami berdua. Coba saja deh atau jika siang bisa gunakan es sirup, dengan dingin yang mengalir perlahan rasakan.
Kami sama-sama jaga, menyayangi, serta berupaya memuaskan. Tetapi pernah satu saat dia sakit demam, duh saya bingung sekali. Kukompres dia jika panas serta kuselimuti dia pada saat dingin menyerangnya. Tetapi dia tidak ingin selimut, dia ingin tubuhku menyelimuti serta satu kali lagi dia benar-benar tahu jika saya betul-betul cuma bertindak selaku penghangat tubuhnya dengan kecemasan di wajahku yang benar-benar dihafalnya. Santi benar-benar suka pada sikapku yang membuat perlindungan serta menyayanginya. Sikap yang bisa memperbedakan kapan bermain serta kapan harus jaga serta menjaga.
Santi benar-benar akrab dengan keluargaku, begitupun saya. Keluarganya serta keluargaku sudah sama-sama kenal serta tidak mempersoalkan jalinan kami. Saya bungsu dari empat bersaudara, kupunya 1 orang kakak lelaki serta 2 kakak wanita sedang Santi sulung dari tiga bersaudara, 1 orang adik wanita serta 1 orang adik lelaki. Kemana saja kami tetap berdua, ke supermarket beli bahan keperluan seharian, ke mall untuk mencari baju atau kepentingan lain, ke beberapa toko buku, ke bioskop bikin tonton, dan sebagainya terkecuali jika saya serta dia sedang mempunyai kegiatan yang berlainan. Saya suka berorganisasi serta berolah raga sedang dia senang melukis serta bermain musik.
Slot Game IndonesiaPagi hari waktu fajar datang, sekalian tidur saya tetap rasakan suatu hal yang berdenyut dibawah serta refleks saya melekat lekat ke tubuhnya, entahlah itu punggung dengan sentuhan pantat hangatnya atau langsung perut dengan bukit kembar serta selangkangan yang mengaitku. Santi pahami kebiasaanku di tiap fajar pagi hari serta kami juga sama-sama menggesek.
Sekali merengkuh tubuhnya, dia jatuh menindihku serta berbaring tiduran di tubuhku. Enak tuturnya, rasakan pelukanku yang hangat, maklum kota ini cukup dingin. Intinya kami lakukan itu setiap saat. Tidak ada bosan-bosannya, soalnya kami mulai pakar sich. Kami mengubah tempat setiap saat mulai jemu serta yahud !
Saya mulai pahami apa yang namanya liang garba itu. Wah, indah sekali, berapakah jarak selaputnya, apakah itu clitoris, serta butuh dicatat, sejauh ini selaput itu belum robek. Saya tidak ingin jika dia sakit, jadi mulutku cuma mengecup, mengulum serta lidahku menjilati cukup ke. Dia benar-benar senang pada tempat di atas serta saya dibawah. Kadang saya bertahan lumayan lama, kasihan Santi telah 2-3 kali keluar baru saya keluar. Jika saya tentunya senang tempat kaki sama-sama mengait serta selangkangan kami sama-sama melekat serta bergesek makin kencang, jadi kami dapat orgasme bersamanya. Tahu kan triknya. Ini, kuangkat kaki kirinya, kuselipkan kaki kiriku, serta ke-2 kaki kami sama-sama membelit. Tempat ini mengakibatkan cairan kental dari ke-2 kemaluan kami yang keluar bertepatan bersatu serta euunaak sekali. Terkadang dengan langkah berikut Santi sangatlah kerepotan mengendalikan nafas, memekik serta menggeliat kencang, tempat tidurku juga amburadul setiap kali kami main di kamar. Butuh dicatat, usai permainan serta mandi, tempat tidurku kembali benar-benar rapi sebab Santi orang yang benar-benar rajin serta jaga kebersihan. Tidak sepertiku, asal-asalan.
Jika di dapur waktu dia memasak saya merengkuhnya serta mengecup lembut lehernya terasanya kami sepasang suami istri semestinya, mendudukkannya di meja serta biasa saya rentangkan ke-2 paha itu serta mulai mencumbuinya, kubuka celanaku serta kugesekkan CD-ku ke CD-nya. Enak lho. Jika kami bermain di kamar mandi, yah seperti dua anak kecil yang berteriak-teriak kegirangan sama-sama menyiram beberapa tempat peka yang sangatlah kami hapal sekalian menciumi beberapa tempat itu. Bath-up yang telah mulai terisi dengan busa sabun kuoleskan ke semua tubuhnya, khususnya di-xxx-nya, perlahan sebab saya takut jika ada apa-apa. Santi suka sekali telentang di atas tubuhku, “Nyaman, Yan?” tuturnya sekalian cari dimana pinggangku. Kupeluk erat dia, kurasakan gunungku mendesak punggungnya serta satu hal saya tidak suka tempat saat dia mengubah badannya pas ke arahku (di bath-up). Pernah dia coba serta saya tidak santai lihat kesulitannya mencumbuiku.
Permainan di teras juga kami bikin berlainan, seperti sepasang kekasih yang tenang sama-sama membelai serta membenahi taman sekalian tiduran di luar, kami benar-benar nikmati tidur di atas rumput yang lembut. Hanya terkadang saya benar-benar risih lihat semut. Jadi kami tidak demikian memaksa diri tiduran di taman. Atau saya cemburu serta takut sama semut, kalau-kalau semut itu masuk ruang xxx serta menggigit vagina kekasihku. Akhh kan kasihan Santi cuma dapat meringis kesakitan. Nah, jika ini, dalam tempat tidur kami seperti dua orang edan yang tetap terpikat. Banyak tempat yang kami kerjakan, tentu jika bisa dengan alami melakukanya. Pokoknya hanya satu, turuti kata hati, jika ingin stop ya stop, ingin nge-sun, sun saja, ingin membelai, belai saja, jika ingin maju yah maju, jika ingin ubah yah ubah tempat, demikian saja, remeh. Serta seperti sudah jadi satu keharusan buat Santi selalu untuk bersihkan punyaku serta saya begitupun, menjilati serta sama-sama menghangati ke-2 vagina kami dengan telapak tangan yang sama-sama kami sisipkan antara ke-2 paha kami serta hehehehe. Hangat kan, coba deh.
Pernah satu saat saya konsultasi ke satu orang pakar serta beliaunya menjawab jika saya sebetulnya terhitung transexsual, berjiwa serta bertingkah laris lelaki tetapi badan wanita, jadi setengah-setengah dengan hormon yang makin banyak type lelaki. Yang umum sich salah satunya semakin besar serta ikuti hormon kelaminnya. Jika saya ingin, kata beliaunya bisa bedah kelamin. Tetapi ongkos yang dikeluarkan juga besar sekali. Yah, biarlah saya semacam ini saja. Serta sampai kini Santi tetap mendampingiku entahlah sampai kapan. Telah dua tahun ini saya nyambi kerja di kontraktor serta saya menikmatinya. Dengan upah yang cukup tinggi, saya sebetulnya mampu menghidupi kami berdua dengan 3 orang sekaligus juga, contohnya. Mungkin usai kuliah ini, usai semua. Saya pernah tanyakanlah padanya serta dia cuma tersenyum saja. Dia mengatakan “Yan, jangan fikir saat ini, apa yang berlangsung esok ialah misteri buat kita, terkecuali beberapa hal yang sudah kita persiapkan”, serta kalian tahu sampai sekarang saya belum mengetahui apa arti dari perkataannya. TAMAT
0 Komentar untuk "Cerita Sex Lesbi di Toilet"