Aku dan Sandra, sudah seperti sahabat lama, kebetulan kami seumuran. Hampir tiap hari kami saling curhat tentang apa saja, termasuk soal seks. Biasa kami berbincang di teras depan rumah Sandra kalau sore sambil Sandra menyuapi Aria, anak mereka. Aku kurang “happy” soal urusan ranjang ini dengan suamiku. Bukannya suamiku ada kelainan, tapi dia senangnya tembak langsung tanpa pemanasan dahulu, sangat konservatif tanpa variasi dan sangat egois. Begitu sudah klimaks ya sudah, dia tidak peduli dengan aku lagi. Sehingga aku sangat jarang mencapai kepuasan dengan suamiku. Sebaliknya Sandra bercerita kalau dia sangat “happy” dengan kehidupan seksnya. Pras hampir selalu bisa memberikan kepuasan kepada istrinya. Kami saling berbagi cerita dan kadang sangat mendetail malah. Sering aku secara terbuka menyatakan iri pada Sandra dan hanya ditanggapi dengan tawa terkekeh2 oleh Sandra.
Jum’at petang itu kebetulan aku sendirian di rumah. Terdengar ketukan di pintu sambil memanggil2 nama suamiku.Aku membukakan pintu.
BACA JUGA > KULAMPIASKAN NAFSU DI DAPUR
“Eh .. Mas. Masuk Mas,” sapaku ramah. Aku baru selesai mandi sehingga tanpa make up dengan rambut yang masih basah tergerai sebahu. Aku mengenakan daster batik mini warna hijau tua dengan belahan dada rendah, tanpa lengan yang memeperlihatkan pundak dan lengan yang putih dan sangat mulus.
“… suamimu mana Nin?” “Wah ke luar kota Mas.” “Tumben Nin dia tugas luar kota. Kapan pulang?”
“Iya Mas, kebetulan ada acara promosi, jadi dia harus ikut, sampai Minggu baru pulang. Mas Pras ada perlu ama suamiku?”
“Enggak kok, cuman pengin ngajak catur aja. Lagi kesepian nih, Sandra ama Aria nginep dirumah ibunya.”
“Wah kalo cuman main catur ama Nindya aja Mas.”
“Emang Nindya bisa catur?”
“Eit jangan menghina Mas, biar Nindya cewek belum tentu kalah lho ama Mas.” kata ku sambil tersenyum.
“Ya bolehlah, aku pengin menjajal Nindya,” katanya dengan nada agak nakal.Aku hanya tersenyum menjawab godaan itu. Aku membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan dia duduk di kursi tamu.
“Sebentar ya Mas, Nindya ambil minuman. Mas susun dulu caturnya.”
“… suamimu mana Nin?” “Wah ke luar kota Mas.” “Tumben Nin dia tugas luar kota. Kapan pulang?”
“Iya Mas, kebetulan ada acara promosi, jadi dia harus ikut, sampai Minggu baru pulang. Mas Pras ada perlu ama suamiku?”
“Enggak kok, cuman pengin ngajak catur aja. Lagi kesepian nih, Sandra ama Aria nginep dirumah ibunya.”
“Wah kalo cuman main catur ama Nindya aja Mas.”
“Emang Nindya bisa catur?”
“Eit jangan menghina Mas, biar Nindya cewek belum tentu kalah lho ama Mas.” kata ku sambil tersenyum.
“Ya bolehlah, aku pengin menjajal Nindya,” katanya dengan nada agak nakal.Aku hanya tersenyum menjawab godaan itu. Aku membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan dia duduk di kursi tamu.
“Sebentar ya Mas, Nindya ambil minuman. Mas susun dulu caturnya.”
Aku melenggang ke ruang tengah. Pas aku melangkah sambil membawa baki yang berisi 2 cangkir teh dan sepiring kacang goreng kegemarannya dan suamiku kalau lagi main catur, dia sedang menyusun biji2 catur dipapannya. Aku membungkuk meletakkan baki di meja, mau tak mau belahan dada dasterku terbuka dan menyingkap dua bukit toketku yang putih dan sangat padat. Aku tidak memakai bra. Kemudian aku duduk di kursi sofa di seberang meja.
“Siapa jalan duluan Mas?” “Nindya kan putih, ya jalan duluan dong,” jawabnya. Beberapa saat kami mulai asik menggerakkan buah catur. Aku membuktikan bahwa aku cukup menguasai permaian ini. Beberapa kali langkah ku membuat dia harus berpikir keras. Tapi aku pun kerepotan dengan langkahnya. Beberapa kali aku harus memutar otak. Kadang2 aku membungkuk di atas meja yang rendah itu dengan kedua tanganku bertumpu di pinggir meja. Posisi ini tentu saja membuat belahan dasterku terbuka lebar dan kedua toketku yang aduhai itu menjadi santapan empuk kedua matanya. Satu dua kali dalam posisi seperti itu aku mengerling kepadanya dan memergoki dia sedang menikmati toketku. Aku membiarkan matanya menjelajahi toketku sehingga aku sama sekali tidak mencoba menutup daster dengan tanganku.
“Siapa jalan duluan Mas?” “Nindya kan putih, ya jalan duluan dong,” jawabnya. Beberapa saat kami mulai asik menggerakkan buah catur. Aku membuktikan bahwa aku cukup menguasai permaian ini. Beberapa kali langkah ku membuat dia harus berpikir keras. Tapi aku pun kerepotan dengan langkahnya. Beberapa kali aku harus memutar otak. Kadang2 aku membungkuk di atas meja yang rendah itu dengan kedua tanganku bertumpu di pinggir meja. Posisi ini tentu saja membuat belahan dasterku terbuka lebar dan kedua toketku yang aduhai itu menjadi santapan empuk kedua matanya. Satu dua kali dalam posisi seperti itu aku mengerling kepadanya dan memergoki dia sedang menikmati toketku. Aku membiarkan matanya menjelajahi toketku sehingga aku sama sekali tidak mencoba menutup daster dengan tanganku.
“Cckk cckk cckk Nindya memang hebat, aku ngaku kalah deh.”
“Ah dasar Mas aja yang ngalah nggak serius mainnya. Konsentrasi dong Mas,” jawab ku sambil tersenyum menggoda.
“Ayo main lagi, Nindya belum puas nih.” kataku rada genit.
“Ah dasar Mas aja yang ngalah nggak serius mainnya. Konsentrasi dong Mas,” jawab ku sambil tersenyum menggoda.
“Ayo main lagi, Nindya belum puas nih.” kataku rada genit.
Kami main lagi, permainan berjalan lebih seru, sehingga suatu saat ketika sedang berpikir, tanpa sengaja tanganku menjatuhkan biji catur yang sudah “mati” ke lantai. Dengan mata masih menatap papan catur aku mencoba mengambil biji catur tsb dari lantai dengan tangan kananku. Rupanya dia juga melakukan hal yang sama, sehingga tanpa sengaja tangan kami saling bersenggolan di lantai. Entah siapa yang memulainya, tapi kami saling meremas lembut jari tangan di sisi meja sambil masih duduk di kursi masing2. Aku melihat ke arah nya. dia masih dalam posisi duduk membungkuk . Jari tangan kirinya masih terus meremas jari tangan kananku. Dia menjulurkan kepalaku dan mencium dahi ku dengan sangat mesra. Aku sedikit terperanjat dengan langkahnya, tapi hanya sepersekian detik saja. Aku melenguh pelan, “oooohhh …”Dia tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia mengkulum lembut bibir ku sambil tangan
kanannya melingkar di belakang leherku. Aku menyambutnya dengan mengulum balik bibirnya. Kami saling berciuman dengan posisi duduk berseberangan dibatasi oleh meja. Kuluman bibirnya ke bibirku berubah menjadi lumatan. Bibirku disedot pelan, dan lidahnya mulai menyeberang ke mulutku. Aku pun menyambutnya dengan permainan lidahku.
Merasa tidak nyaman dalam posisi ini, dia lepaskan ciumannya. Dia bangkit berdiri, berjalan mengitari meja dan duduk di sisi kiri ku. Belum sedetik dia duduk aku sudah memeluknya dan bibirnya kembali melumat kedua bibirku. Lidahnya terus menjelajah seluruh isi mulutku sepanjang yang bisa dia lakukan. Aku pun tak mau kalah bereaksi. Harus aku akui bahwa aku belum pernah berciuman begini hot, bahkan dengan suamiku sekalipun. Dia menciumi sisi kiri leher ku yang putih jenjang. Rintih kegelian yang keluar dari mulut ku dan bau sabun yang harum semakin memompa semangatnya. Ciumannyabergeser ke belakang telinga ku, sambil sesekali menggigit lembut cupingnya. Aku semakin menggelinjang penuh kegelian bercampur kenikmatan.
“Aaahhhh … aaaahhhhh,” aku merintih pelan. Dia merangkul leherku dengan lengan kanannya. Tangan kanannya mulai menelusup di balik dasterku dan merayap pelan menuju puncak toket ku yang sebelah kanan. Toketku memang sangat padat. Bentuknya sempurna, ukurannya cukup besar karena tangannya tak mampu mengangkup seluruhnya. Jari2nya mulai menari di sekitar pentil ku yang sudah tegak menantang. Dengan ibu jari dan telunjuknya dia memelintir lembut pentilku yang mungil itu. Aku kembali menggelinjang kegelian. Aku menolehkan wajah ke kiri dengan mata yang masih terpejam. Dia melumat bibirku. Kami kembali berciuman dengan panasnya sambil tangannya terus bergerilya di toket kananku. Ciumannya semakin ganas dan sesekali menggigit lembut bibirku.
Tangan kirinya digerakkan ke paha kiri ku yang mulus. Lambat namun pasti, usapan tangan diarahkannya semakin keatas mendekati pangkal pahaku. Ketika jarinya mulai menyentuh cd ku di sekitar vaginaku , dia menghentikan gerakanku. Tangan kirinya kembali diturunkan, dia mengusap lembut pahaku mulai dari atas lutut. Gerakan ini diulang beberapa kali sambil tangan kanannya masih memelintir pentil kanan ku dan mulut kami masih saling berpagutan. Ciumannya semakin mengganas. Dia pun mulai meraba vaginaku yang masih terbalut cd itu. vaginaku berdenyut lembut . Dengan jari tengah tangan kirinya, dia menekan pelan tepat di tengah vaginaku . Denyutan itu semakin terasa.
“Aaahh … Mas… aahhh .. iya .. iya,” aku melenguh sambil sedikit meronta dan kedua tanganku menyingkap daster miniku serta menurunkan cdku sampai ke lutut. Serta merta matanya bisa menatap leluasa vaginaku . Bukitnya menyembul indah, rambut kemaluanku cukup lebat. Di antara kedua gundukan vaginaku itu terlihat celah sempit yang kentara sekali berwarna merah kecoklatan. Kemudian jari2 tangan kirinya mulai membelai semak2 yang terasa sangat lembut itu. Aku bereaksi terhadap belaiannya dengan menciumi leher dan telinga kanannya. Aku semakin erat memeluknya.
Tangan kanannya dari tadi tak berhenti meremas2 toket ku yang sangat berisi itu. Jari2nya mulai mengusap lembut vaginaku yang sangat halus itu. Perlahan dia menyisipkan jari tengah kirinya di celah vaginaku . Aku rasakan sedikit lembab dan agak berlendir. Dia menyusup lebih dalam lagi sampai dia menemukan it ilku yang sangat mungil . Dengan gerakan memutar lembut dia mengusap it ilku.
“Ahhhh … iya … Mas .. ahhhh .. ahhhh.” Jari tengahnya ditekan sedikit lebih kuat ke it ilku, sambil digosokkan naik turun. Aku meresponsnya dengan membuka lebar kedua pahaku, namun gerakanku terhalang cd yang masih bertengger di kedua lututku. Sejenak ia menghentikan gosokan jarinya, dia menggunakan tangan kirinya untuk menurunkan cdku. Aku membantu dengan mengangkat kaki kiriku hingga cdku terlepas dan hanya menggantung di lutut kanan ku. Gerakan ku sudah tak terhalang lagi. Dengan leluasa aku membuka lebar kedua pahaku. Jarinya sekarang leluasa menjelajah seluruh vaginaku yang sudah sangat licin berlendir itu. Dia menggosok2 it il ku dengan lebih kuat sambil sesekali mengusap ujung vaginaku dan digesek keatas kearah it ilku. Aku menggelinjang semakin hebat.
“Aaaaaahhhhh …. Mas .. Mas ….. ahhhhh .. terus … ahhhhh,” pintaku sambil merintih. Intensitas gosokannya semakin dia tingkatkan. Dia mulai mengorek bagian luar lubang vaginaku . “Iya … ahhh … iya .. Mas …”
“Aaaaaahhhhh …. Mas .. Mas ….. ahhhhh .. terus … ahhhhh,” pintaku sambil merintih. Intensitas gosokannya semakin dia tingkatkan. Dia mulai mengorek bagian luar lubang vaginaku . “Iya … ahhh … iya .. Mas …”
Aku hanya tergolek bersandar di sofa yang empuk itu. Kepalaku terdongak kebelakang, mataku tertutup rapat. Mulutku terbuka lebar sambil tak henti mengeluarkan erangan penuh kenikmatan. Tanganku terkulai lemas tak lagi memeluknya. Tangan kanannya pun sudah berhenti bekerja karena merangkul aku dengan erat agar aku tidak melorot ke bawah. Daster ku sudah terbuka sampai keperut, menyingkap kulit yang sangat putih mulus tak bercacat. Cdku masih menggantung di lutut kananku. Pahaku mengangkang maksimal. Jarinya masih menari-nari di seluruh bagian luar vaginaku . Dia sengaja belum menyentuh bagian dalam vaginaku . Aku sekarang menggeleng2 kepala ke kiri kanan dengan liar. Rambut basahku yang sudah mulai kering tergerai acak2an.
“Mas … Mas …. ahhhhh …. enak …. ahhhh nggak tahaaann .. ahhhh.” Aku sudah hampir mencapai puncak kenikmatan birahiku. Dengan lembut dia mulai menusukkan jari tengahnya ke dalam vaginaku yang sudah sangat basah itu. Dia menyorongkan sampai seluruh jarinya tertelan vaginaku yang cukup sempit itu.
Dia tarik perlahan sambil sedikit dibengkokkan keatas sehingga ujung jarinya menggesek lembut dinding atas vaginaku . Gerakan ini dilakukannya berulang kali, masuk lurus keluar bengkok, masuk lurus keluar bengkok, begitu seterusnya. Tak sampai 10 kali gerakan ini, tubuhku menjadi kaku, kedua tanganku mencengkeram erat pinggiran sofa. Kepalaku semakin mendongak kebelakang. Mulutku terbuka lebar. Gerakannya dipercepat dan ditekan lebih dalam lagi.
“Aaaaaahhhhhhhhhh.” Aku melenguh dalam satu tarikan nafas yang panjang. Tubuhku sedikit menggigil. Aku bisa merasakan jari tangannya makin terjepit kontraksi otot vaginaku , dan bersamaan dengan itu cairan no noktku menyiram jarinya. Aku telah nyampe. Dia tidak menghentikan gerakan jarinya, hanya sedikit mengurangi kecepatannya. Tubuh ku masih menggigil dan menegang. Mulutku terbuka tapi tak ada suara yang keluar sepatahpun, hanya hembusan nafas kuat dan pendek2 yang keluar lewat mulutku. Kondisi demikian berlangsung selama beberapa saat. Kemudian tubuh ku berangsur melemas, dia pun memperlambat gerakan jarinya sampai akhirnya dengan sangat perlahan dia cabut dari vaginaku .
Mata ku masih terpejam rapat, bibirku masih sedikit ternganga. dengan lembut dan pelan dia mendekatkan bibirnya ke mulut ku. Dia mencium mesra bibirku yang sensual itu. Akupun menyambut dengan tak kalah mesranya. Kami berciuman bak sepasang kekasih yang saling jatuh cinta. Agak berbeda dengan ciuman yang menggelora seperti sebelumnya. “Nikmat Nin?” dengan lembut dia berbisik di telinga ku.
“Mas … ah … Nindya belum pernah merasakan kenikmatan seperti tadi ..sungguh Mas. Mas sangat pinter … Makasih Mas … Sandra sungguh beruntung punya suami Mas.”
“Aku yang beruntung Nin, bisa memberi kepuasan kepada wanita secantik dan semulus kamu.” “Ah Mas bisa aja … Nindya jadi malu.”
“Mas … ah … Nindya belum pernah merasakan kenikmatan seperti tadi ..sungguh Mas. Mas sangat pinter … Makasih Mas … Sandra sungguh beruntung punya suami Mas.”
“Aku yang beruntung Nin, bisa memberi kepuasan kepada wanita secantik dan semulus kamu.” “Ah Mas bisa aja … Nindya jadi malu.”
Akhirnya aku sadar akan kondisiku saat itu. Dasterku awut2an, pahaku masih terbuka lebar, dan cdku tersangkut di lututku. Aku segera duduk tegak, menurunkan dasterku sehingga menutup pangkal pahaku. Akhirnya aku bangkit berdiri.
“Nindya mau cuci dulu Mas.”
“Aku ikut dong Nin, ntar aku cuciin,” dia menggodaku.
“Ihhh Mas genit.” Sambil berkata demikian aku menggamit tangannya dan menariknya ke kamarku. Sampai di kamarku dia berkata:
“Aku copot pakaianku dulu ya Nin, biar nggak basah.” Aku tidak berkata apa2 tetapi mendekatinya dan membantu melepas kancing celananya semantara dia melepaskan kaosnya. Dia kemudian melepaskan juga celananya dan hanya memakai cd saja. Aku melirik ke arah cdnya. Tampaknya penisnya yang besar dan panjang (dibandingkan dengan penis suamiku yang kecil) sudah menegang.
“Nindya mau cuci dulu Mas.”
“Aku ikut dong Nin, ntar aku cuciin,” dia menggodaku.
“Ihhh Mas genit.” Sambil berkata demikian aku menggamit tangannya dan menariknya ke kamarku. Sampai di kamarku dia berkata:
“Aku copot pakaianku dulu ya Nin, biar nggak basah.” Aku tidak berkata apa2 tetapi mendekatinya dan membantu melepas kancing celananya semantara dia melepaskan kaosnya. Dia kemudian melepaskan juga celananya dan hanya memakai cd saja. Aku melirik ke arah cdnya. Tampaknya penisnya yang besar dan panjang (dibandingkan dengan penis suamiku yang kecil) sudah menegang.
Dia maju selangkah dan mengangkat ujung bawah dasterku sampai keatas dan aku mengangkat kedua tangannya sehingga dasternya mudah terlepas. Dia tampak mengagumi tubuhku. Toket yang dari tadi hanya diraba sekarang terpampang dengan jelas di hadapannya. Bentuknya bundar kencang, cukup besar, tapi masih proporsional dengan ukuran tubuh ku yang sexy itu. Pentilku sangat kecil bila dibanding ukuran bukit toketku. Warna pentilku coklat agak tua, sungguh kontras dengan warna kulit ku yang begitu putih. Perut ku sungguh kecil dan rata, tak tampak sedikitpun timbunan lemak disana. Pinggulku sungguh indah dan pantatku sangat sexy, padat dan sangat mulus. Pahaku sangat mulus dan padat, betisku tidak terlampau besar dan pergelangan kakiku sangat kecil.
“Mas curang … Nindya udah telanjang tapi Mas belum buka cdnya.” Tanpa menunggu reaksinya, aku maju selangkah, agak membungkuk dan memelorotkan cdnya. Dia membantu dengan melangkah keluar dari cdnya. penisnya yang sedari tadi sudah berdiri tegak langsung menyentak. Besar dan panjang, mengangguk2 saking kerasnya. Kami berdua berdiri berhadapan sambil bertelanjang bulat saling memandangi. Tak tahan melihat tubuh molek ku, dia maju langung memeluk tubuhku erat. Kulit tubuhku langsung bersentuhan dengan kulit tubuh nya tanpa sehelai benangpun yang menghalangi.
“Kamu cantik dan seksi sekali Nin.”
“Ah Mas ngeledek aja.” “Bener kok Nin.”
“Ah Mas ngeledek aja.” “Bener kok Nin.”
Sambil berkata demikian dia merangkul aku lalu masuk ke kamar mandi. Dia menyemprotkan sedikit air dengan shower ke vaginaku yang masih berlendir itu. Kemudian dia memeluk ku dari belakang dan menyabuni seluruh permukaan vaginaku dengan lembut. Aku suka dengan apa yang dia lakukan, aku merapatkan punggungku ke tubuhnya sehingga penisnya menempel rapat ke pantatku. Dengan gerakan lambat dan teratur dia menggosok selangkangan ku dengan sabun. Aku mengimbanginya dengan mengggerakkan pinggulku seirama dengan gerakannya. Akhirnya selesai juga dia membantu ku mencuci selangkanganku dan mengeringkan diri dengan handuk. Sambil saling rangkul kami kembali ke kamar dan berbaring bersisian di tempat tidur. Kami saling berpelukan dan berciuman penuh kemesraan. Dia meraba seluruh permukaan tubuh mulus ku, aku pun beraksi mengelus penisnya yang semakin menegang itu. Aku ditelentangkan, kemudian dia melorot mendekati kakiku. Dia mulai menciumi betisku, perlahan keatas ke pahalu yang mulus.
Akhirnya mulutnya mulai mendekati pangkal pahaku.
“Ahhhhh Mas …. ah .. jangan .. nanti Nindya nggak tahan lagi .. ah.” Sekalipun aku berkata “jangan” namun justru aku membuka kedua pahaku semakin lebar seakan menyambut baik serangan mulutnya itu.
“Nikmati saja Nin …. aku akan memberikan apa yang tidak pernah diberikan suamimu padamu.” Dia meneruskan jilatan dan ciumannya ke daerah selangkangan ku yang sudah menganga lebar. Bibir vaginaku yang begitu tebal dan sensual. Perlahan dia mengkatupkan kedua bibirnya ke bibir vaginaku . Sambil “berciuman” dia menjulurkan lidahnya mengorek ujung vaginaku .
“Ahhhhh Mas …. ah .. jangan .. nanti Nindya nggak tahan lagi .. ah.” Sekalipun aku berkata “jangan” namun justru aku membuka kedua pahaku semakin lebar seakan menyambut baik serangan mulutnya itu.
“Nikmati saja Nin …. aku akan memberikan apa yang tidak pernah diberikan suamimu padamu.” Dia meneruskan jilatan dan ciumannya ke daerah selangkangan ku yang sudah menganga lebar. Bibir vaginaku yang begitu tebal dan sensual. Perlahan dia mengkatupkan kedua bibirnya ke bibir vaginaku . Sambil “berciuman” dia menjulurkan lidahnya mengorek ujung vaginaku .
“Ahhhh …. Mas … aaaaahhh .. please .. please.” Begitu mudahnya kata2ku berubah dari “jangan” menjadi “please”.
Bibirnya digeser sedikit keatas sehingga menyentuh it ilku yang berwarna pink. Perlahan dia menjulurkan lidahnya dan menjilatinya berkali2. Aku membuka selangkanganku semakin lebar dan menekuk lututku serta mengangkat pantatku. Dia segera memegang pantatku sambil meremasnya. Lidahnya semakin leluasa menari di it il ku.
“Aaaaaahhhhhh …. enak Mas …. enak …. ahhhh .. iya …. ahhhh.” Hanya itu yang keluar dari mulut ku menggambarkan apa yang sedang kurasakan saat ini. Dia semakin meningkatkan kegiatan mulutnya, dia mengkatupkan kedua bibirnya ke it il ku yang begitu mungil, dia menyedot lambat2 benda sebesar kacang hijau itu.
“Maaaaasss …. nggak tahaaaan … ahhhhh .. Maassss.” Dia melepaskan tangan kanannya dari pantat ku, kemudian jari tengahnya kembali beraksi menggosok it ilku. Lidahnya dijulurkan mengorek seluruh lubang vaginaku sejauh yang dia bisa. Tubuhku menegang sehingga pantat dan selangkanganku semakin terangkat, kedua tanganku mencengkeram kain sprei.
“AAAaaaaahhhhh … maaaaassssssss.” Bersamaan dengan erangan ku dia merasakan ada cairan hangat dan agak asin yang keluar dari vaginaku dan langsung membasahi lidahnya. Dia menjulurkan lidahnya semakin dalam dan semakin banyak cairan yang bisa dia rasakan. Aku memberontak, segera menarik dia mendekatiku. Tangan kanannya kupegang dan sentuhkan ke vaginaku . Sambil terpejam, aku memeluknya dan langsung mencium bibirnya yang masih belepotan dengan lendir kenikmatanku. Dia biarkan bibir dan lidahku menari di mulutnya menyapu semua sisa lendir yang ada disana. Jari tangannya terbenam kedalam vaginaku dan digerakkan masuk keluar dengan cepat. Tubuh ku kembali menggigil dan vaginaku mengeluarkan cairan lagi. Rupanya itu adalah sisa orgasmeku.
“Maaaaasss …. nggak tahaaaan … ahhhhh .. Maassss.” Dia melepaskan tangan kanannya dari pantat ku, kemudian jari tengahnya kembali beraksi menggosok it ilku. Lidahnya dijulurkan mengorek seluruh lubang vaginaku sejauh yang dia bisa. Tubuhku menegang sehingga pantat dan selangkanganku semakin terangkat, kedua tanganku mencengkeram kain sprei.
“AAAaaaaahhhhh … maaaaassssssss.” Bersamaan dengan erangan ku dia merasakan ada cairan hangat dan agak asin yang keluar dari vaginaku dan langsung membasahi lidahnya. Dia menjulurkan lidahnya semakin dalam dan semakin banyak cairan yang bisa dia rasakan. Aku memberontak, segera menarik dia mendekatiku. Tangan kanannya kupegang dan sentuhkan ke vaginaku . Sambil terpejam, aku memeluknya dan langsung mencium bibirnya yang masih belepotan dengan lendir kenikmatanku. Dia biarkan bibir dan lidahku menari di mulutnya menyapu semua sisa lendir yang ada disana. Jari tangannya terbenam kedalam vaginaku dan digerakkan masuk keluar dengan cepat. Tubuh ku kembali menggigil dan vaginaku mengeluarkan cairan lagi. Rupanya itu adalah sisa orgasmeku.
Kami masih berciuman sampai tubuh ku mulai melemas. perlahan dia mengangkat tangan kanannya dari selangkanganku, memeluk ku dengan lembut. Bibirnya perlahan dilepaskan dari cengkeraman mulut ku. Tubuh ku tergolek lemah seakan tanpa tulang. Mataku sedikit terbuka menatapnya mesra. Di bibirku sedikit menyungging senyum penuh kepuasan.
“Mas …. itu tadi luar biasa Mas … Nindya belum pernah digituin … Mas hebat .. makasih Mas … Nindya hutang banyak ama Mas.”
“Nin aku juga sangat senang kok bisa membuat Nindya puas seperti itu” sambil dia mengkecup lembut keningku.
“Nin aku juga sangat senang kok bisa membuat Nindya puas seperti itu” sambil dia mengkecup lembut keningku.
Mata ku berbinar penuh rasa terima kasih. Kami berbaring telentang bersebelahan untuk beberapa saat. penisnya masih tegang berdiri. Aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. Kali ini aku membersihkan diriku sendiri. Dia tetap berbaring sambil mengenangkan keindahan yang baru aku alami. Tak berapa lama kemudian aku kembali dan langsung berbaring di sampingnya. Mataku menatap lekat ke penisnya.
“Mas pengin diapain?” tanyaku manja.
“Terserah kamu Nin, biasanya ama suamimu gimana dong?” dia coba memancingku.
“Biasa ya langsung dimasukin aja Mas. Nindya jarang puas ama dia.”
“Oh … terus Nindya penginnya gimana?”
“Ya kayak ama Mas tadi, Nindya puas banget. … Nindya pengin cium punya Mas boleh nggak?”
“Emang Nindya belum pernah?”
“Belum Mas,” agak jengah aku menjawab,
“Suamiku nggak pernah mau.”
“Ya silahkan kalau Nindya mau.” Tanpa menunggu komando aku segera merangkak mengarahkan kepalaku mendekati selangkangannya. Aku pegang penisnya, kuamati dari dekat sambil sedikit melakukan gerakan mengocok. Sangat kaku dan canggung, maklum baru pertama melakukannya.
“Ayo Nin ,, aku nggak apa2 kok. Kalau Nindya suka, lakuin apa yang Nindya mau.” Dengan penuh keraguan aku mendekatkan mulutnya ke kepala penisnya. Pelan2 kubuka bibirku dan memasukkan kepalanya kedalam mulutku. Hanya sampai sebatas leher kemudian kusedot perlahan. Aku tetap melakukan itu untuk beberapa saat tanpa perubahan. Dengan lembut dia memegang tangan kiriku.
“Terserah kamu Nin, biasanya ama suamimu gimana dong?” dia coba memancingku.
“Biasa ya langsung dimasukin aja Mas. Nindya jarang puas ama dia.”
“Oh … terus Nindya penginnya gimana?”
“Ya kayak ama Mas tadi, Nindya puas banget. … Nindya pengin cium punya Mas boleh nggak?”
“Emang Nindya belum pernah?”
“Belum Mas,” agak jengah aku menjawab,
“Suamiku nggak pernah mau.”
“Ya silahkan kalau Nindya mau.” Tanpa menunggu komando aku segera merangkak mengarahkan kepalaku mendekati selangkangannya. Aku pegang penisnya, kuamati dari dekat sambil sedikit melakukan gerakan mengocok. Sangat kaku dan canggung, maklum baru pertama melakukannya.
“Ayo Nin ,, aku nggak apa2 kok. Kalau Nindya suka, lakuin apa yang Nindya mau.” Dengan penuh keraguan aku mendekatkan mulutnya ke kepala penisnya. Pelan2 kubuka bibirku dan memasukkan kepalanya kedalam mulutku. Hanya sampai sebatas leher kemudian kusedot perlahan. Aku tetap melakukan itu untuk beberapa saat tanpa perubahan. Dengan lembut dia memegang tangan kiriku.
Dia menggenggam jemariku yang lentik dan ditariknya mendekat ke mulutnya. Dia memegang telunjukku kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya. Dia menggerakkan masuk keluar dengan lambat sambil sesekali dijilat dengan lidahnya saat jari lentikku masih dalam mulutnya. Aku segera paham bahwa dia sedang memberi “bimbingan” bagaimana seharusnya yang kulakukan. Tanpa ragu aku mempraktekkan apa yang dia lakukan dengan jariku. penisnya kumasukkan kedalam mulutku, kemudian kepala kuangguk2kan sehingga penisnya tergesek keluar masuk mulutku yang sensual itu.
Sekalipun masih agak canggung tapi dia mulai bisa merasakan “pelayanan” yang kuberikan. Semakin lama aku semakin tenang dan tidak kaku lagi. Kadang kumainkan lidahku di sekeliling kepala penisnya dalam mulutku. Sepertinya aku sendiri mulai bisa merasakan sensasi dari apa yang kulakukan dengan mulut dan lidahku. Aku mulai berani bereksperiman. Kadang kukeluarkan penisnya dari mulutku, menciumi batangnya kemudian memasukkannya kembali. Sesekali aku hanya menghisap kepalanya sambil mengocok batangnya.
“Gimana Nin rasanya?”
“Mas… Nindya merasakan rangsangan yang luar biasa, penisnya Mas enak .. Nindya suka, besar – panjang lagi.” Dia bangkit berdiri di atas kasur sambil bersandar di dinding kepala ranjang. Aku langsung tahu harus bagaimana. Aku duduk bersimpuh dihadapannya dan kembali menghisap penisnya. Kepala tetap kugerakkan maju mundur. Dan sekarang aku menemukan cara baru. Aku menjepit batang penisnya diantara kedua bibirku yang terkatup.
“Mas… Nindya merasakan rangsangan yang luar biasa, penisnya Mas enak .. Nindya suka, besar – panjang lagi.” Dia bangkit berdiri di atas kasur sambil bersandar di dinding kepala ranjang. Aku langsung tahu harus bagaimana. Aku duduk bersimpuh dihadapannya dan kembali menghisap penisnya. Kepala tetap kugerakkan maju mundur. Dan sekarang aku menemukan cara baru. Aku menjepit batang penisnya diantara kedua bibirku yang terkatup.
Kemudian aku mengangguk2kan kepalaku. Batang dan kepala penisnya aku gesek dengan bibir tebalku yang terkatup. Dia membantu dengan menggerakkan pantatnya maju mundur.
“Ohhh Nin …. mulutmu enak sekali … terus Nin.”
“Mas suka? Sandra sering ya giniin Mas ?”
“Iya Nin …tapi aku lebih suka kamu … bibirmu seksi sekali .. ooohhh Nin .. Sandra juga suka .. isep bijiku dan jilati semuanya Nin .. ohhh.” Aku nggak mau kalah, segera kulepaskan penisnya dari mulutku dan mulai menjilati dan menghisap bijinya sambil mengocok penisnya. Dia membelai rambut ku dan mengusap kepalaku. Aku suka sekali dan masih terus menggerayangi seluruh selangkangannya dengan lidahku.
“Ohhh Nin …. mulutmu enak sekali … terus Nin.”
“Mas suka? Sandra sering ya giniin Mas ?”
“Iya Nin …tapi aku lebih suka kamu … bibirmu seksi sekali .. ooohhh Nin .. Sandra juga suka .. isep bijiku dan jilati semuanya Nin .. ohhh.” Aku nggak mau kalah, segera kulepaskan penisnya dari mulutku dan mulai menjilati dan menghisap bijinya sambil mengocok penisnya. Dia membelai rambut ku dan mengusap kepalaku. Aku suka sekali dan masih terus menggerayangi seluruh selangkangannya dengan lidahku.
Kemudian kami berganti posisi. Dia kembali tidur telentang dan aku dimintanya merangkak diatasnya dengan posisi kepala terbalik. Kami di posisi 69. Aku segera mengulum penisnya, dia pun mulai menjilati vaginaku . Dengan posisi ini vaginaku sangat terbuka dihadapannya dan dia lebih leluasa menikmati dengan bibir dan lidahnya. Dia menjilat dan hisap it il ku yang sudah menantang dan jarinya mengorek vaginaku . Sesekali dia menciumi bibir vaginaku yang begitu merangsang.
Akupun tak mau kalah, aku melakukan segala cara yang aku tahu terhadap penisnya. Aku mainkan pakai lidah, kukocok sambil kuhisap, kumainkan kepala penisnya- mengitari dengan kedua bibirku. Sungguh nikmat sekali. Tak terlalu lama aku mulai merasakan bahwa aku sudah tidak bisa menahan lagi. Pantatku mulai bergoyang limbung kegelian, namun dia menjilati terus it ilku sambil jarinya menusuk2 vaginaku . Akhirnya aku sampai juga di puncak nikmatku. Tubuhku menegang, gerakan anggukan kepalaku sambil menghisap penisnya semakin menggila. Tubuhku gemetaran tapi aku tetap tak rela melepas penisnya dari mulutku. Dia semakin giat mencium it ilku dan mengorek vaginaku dengan jarinya. Tubuhku tiba2 mematung dan dia merasakan cairan hangat meleleh keluar dari vaginaku . Dia langsung menutup vaginaku dengan mulutnya dan membiarkan cairan kenikmatanku membasahi lidahnya. Rasanya asin tapi sama sekali tidak amis sehingga dia tak ragu menelan cairan itu sampai tandas.
Kemudian perlahan dia mulai lagi menciumi dan menjilati seluruh permukaan vaginaku . Otot ku sudah agak mengendur juga. Aku mulai lagi melakukan segala eksperimen dengan mulut dan lidahku ke penisnya. Kami mulai lagi dari awal. Perlahan namun pasti, aku mulai mendaki lagi puncak kenikmatan birahiku. Dia menangkupkan kedua tangannya ke bukit pantat ku dan mulai membelai dan meremas lembut. Aku menanggapinya dengan sedotan panjang di penisnya. Lidahnya kembali menelusuri segala penjuru selangkangan ku. Beberapa saat kemudian tubuh ku kembali gemetaran. Dia mencium bibir vaginaku dan menyorongkan lidahnya sedalam mungkin ke dalam vaginaku yang merangsang. Dia juga mulai merasa kalau pertahanannya mulai goyah dan bendungannya akan segera ambrol. Aku mempercepat gerakan kepalaku dan diapun menghisap makin kuat vaginaku . Dia akhirnya sudah tak kuat menahan amarah pejunya dan …
“Croooottsss crooots croots.” Peju hangatnya menyembur didalam mulut ku. Untuk sedetik aku agak kaget tapi aku cepat tanggap. Aku segera mempercepat gerakan kepalaku sambil menelan seluruh pejunya. “Croots .. croots.” Sisa pejunya kembali menyembur, dan kali ini aku menyambutnya dengan hisapan kuat di penisnya, seakan ingin menyedot apa yang masih tersisa didalam sana. Dia merasakan nikmat yang luar biasa. Ekspresi kenikmatan ini dia lampiaskan dengan semakin gila menjilati dan menyedot vaginaku sehingga aku juga sudah hampir mencapai klimaks. Belaian lidahnya di vaginaku membuat puncak itu semakin cepat tercapai. Akhirnya sekali lagi tubuh ku menegang dan cairan hangat kembali meleleh dari vaginaku . Lidahnya kembali menerima siraman lendir kenikmatan itu yang segera ditelannya.
Beberapa saat kemudian, dengan enggan aku bangkit dan berbaring telentang disampingnya. penisnya, walaupun masih berdiri, tapi sudah tidak setegak tadi. Aku memeluknya dengan manja dan kami berciuman dengan mesra.
“Nin … gimana? .. puas? … sorry tadi aku nggak tahan keluar di mulut kamu.”
“Nindya puas sekali Mas .. sampai dua kali gitu lho …. Nindya suka peju Mas … asin2 gimana gitu. Kapan2 boleh minta lagi dong Mas.” Aku mulai berani mengungkapkan apa yang kurasakan.
“Boleh aja Nin ,,, asal disisain buat Sandra .. hehehe,” Aku mencubit genit lengannya.
“Ihhh … Mas … paling bisa deh … emang Mas sering gaya gituan dengan Sandra?”
“Enggak lah … ini baru pertama dengan kamu Nin.”
“Ah Mas bohong .. Sandra kan sering cerita ke Nindya, katanya Mas pinter ngeseks. Makanya diam2 Nindya pengin main ama Mas.”
“Udah kesampian kan keinginanmu Nin.”
“Iya sih … tapi Mas jangan marah ya … Nindya sering bayangin kita main bertiga dengan Sandra .. Mas mau nggak?” Dia kaget mendengar keinginan ku ini. Jujur saja aku sering berfantasi membayangkan alangkah nikmatnya bercinta dengan dia dan Sandra sekaligus.
“Mau sih Nin .. tapi kan nggak mungkin … Sandra pasti marah besar.”
“Iya ya … Sandra kan orangnya agak alim.” Kami terus berbincang hal2 demikian sampai kira2 10 menit. Kemudian dengan malas kami ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Di kamar mandi kami saling menyabuni dan saling membersihkan tubuh kami. Dia jadi semakin mengagumi tubuh ku. Tak ada segumpal lemakpun di tubuhku dan semuanya padat berisi.
“Nindya puas sekali Mas .. sampai dua kali gitu lho …. Nindya suka peju Mas … asin2 gimana gitu. Kapan2 boleh minta lagi dong Mas.” Aku mulai berani mengungkapkan apa yang kurasakan.
“Boleh aja Nin ,,, asal disisain buat Sandra .. hehehe,” Aku mencubit genit lengannya.
“Ihhh … Mas … paling bisa deh … emang Mas sering gaya gituan dengan Sandra?”
“Enggak lah … ini baru pertama dengan kamu Nin.”
“Ah Mas bohong .. Sandra kan sering cerita ke Nindya, katanya Mas pinter ngeseks. Makanya diam2 Nindya pengin main ama Mas.”
“Udah kesampian kan keinginanmu Nin.”
“Iya sih … tapi Mas jangan marah ya … Nindya sering bayangin kita main bertiga dengan Sandra .. Mas mau nggak?” Dia kaget mendengar keinginan ku ini. Jujur saja aku sering berfantasi membayangkan alangkah nikmatnya bercinta dengan dia dan Sandra sekaligus.
“Mau sih Nin .. tapi kan nggak mungkin … Sandra pasti marah besar.”
“Iya ya … Sandra kan orangnya agak alim.” Kami terus berbincang hal2 demikian sampai kira2 10 menit. Kemudian dengan malas kami ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Di kamar mandi kami saling menyabuni dan saling membersihkan tubuh kami. Dia jadi semakin mengagumi tubuh ku. Tak ada segumpal lemakpun di tubuhku dan semuanya padat berisi.
Setelah mengeringkan diri kami kembali ke atas ranjang dan berpelukan mesra. Sambil saling berciuman dia mulai menggerayangi tubuh molek ku, tak bosan2nya dia meremas dan mengusap toketku yang sangat segar itu. Perlahan dia mulai menghujani leher dan pundak ku dengan ciuman. Tak sampai disitu saja, mulutnya mulai mengarah ke dadaku. Toketku yang tegak mulai diciumi dan digigit2 lembut. Aku sangat menyukai apa yang dia lakukan.
“Ahhhh … iya Mas …. disitu Mas … ahhhhh Nindya terangsang Mas.” Lidahnya menjilati pentilku yang mungil dan keras itu. Aku semakin menggelinjang. Tanganku menyusup ke bawah ke selangkangannya. Kupegang penisnya yang masih agak lemas. Kumainkan penisnya dengan jari2ku yang lentik. Mau tak mau penisnya mulai hidup kembali. Aku dengan lembut mengocok penisnya. Sambil masih mengulum pentilku, tangan kanannya kembali bergerilya di daerah vaginaku . Jarinya dirapatkan dan ditekan ke bukit vaginaku sembari digerakkan memutar. Aku juga menimpali dengan menggoyangkan pantatku dengan gerakan memutar yang seirama.
“Mas …. aaahhhh Mas …. enak Mas … ahhh terus … iya.” Sambil mendesah aku menarik pantatnya mendekat ke kepalaku. Akhirnya dia terpaksa melepaskan hisapannya di pentilku dan duduk berlutut di sisiku. Aku terus menekan pantatnya sampai akhirnya mulutku mencapai penisnya yang sudah tegak menantang. Tangan kirinya ditempatkan dibelakang kepalaku untuk menyangga kepalaku yang agak terangkat. penisnya kembali kukulum dan kujilati.
“Oooh Nin … enak Nin … aku suka Nin …” Diapun menggerakkan pantatnya maju mundur. Aku membuka lebar mulutku dan menjulurkan lidahku sehingga penisnya meluncur masuk keluar mulutku tergesek lidahku. Sementara itu tangan kanannya terus menekan dan memutari vaginaku . Kadang jarinya diselipkan ke celah vaginaku dan mengusap it il ku.
“Ahhh Mas … Nindya nggak tahan Mas … ahhhhh .. iya …aaahhhh.”
“Ahhh Mas … Nindya nggak tahan Mas … ahhhhh .. iya …aaahhhh.”
Dia segera merubah posisi. Kedua tangan ku diletakkan di belakang lututku dan membuka kedua lututku.Dia mengangkat pahaku sehingga vaginaku menganga menghadap ke atas. Aku menahan dengan kedua tangan di belakang lututku. Dia duduk bersimpuh di hadapan vaginaku . penisnya diarahkannya ke vaginaku yang sudah menganga itu. Dia menusukan kepala penisnya ke vaginaku dan dia tahan disana. Kemudian dengan tangan kanannya digerakkannya penisnya memutari mulut vaginaku .
“Maassss .. ahhhhh … nggak tahan … ayo … ahhhhhh.” Dia sengaja tidak mau terlalu cepat menusukkan penisnya ke vaginaku . Dia menggesek2an kepala penisnya ke it il ku. Aku semakin menggelinjang menahan nikmat. Akhirnya tanggul ku bobol juga. Tak heran, dengan gosokan jari saja aku tadi bisa mencapai orgasme apalagi ini dengan kepala penisnya, tentu rangsangannya lebih dahsyat.
“Aaaahhhhhhhhhhhhhh..ahhhhhhhhhhhhh Massssssss.” Rintihan itu sekaligus menandai melelehnya cairan bening dari vaginaku . Aku kembali mengalami puncak orgasme hanya dengan gosokan di it ilku.
“Aaaahhhhhhhhhhhhhh..ahhhhhhhhhhhhh Massssssss.” Rintihan itu sekaligus menandai melelehnya cairan bening dari vaginaku . Aku kembali mengalami puncak orgasme hanya dengan gosokan di it ilku.
Kali ini dia memasukkan batang penisnya seluruhnya kedalam vaginaku . Dia berbaring telungkup diatas tubuh molek ku sambil menumpukan berat badannya di kedua sikunya. Dia mencium lembut mulutku yang masih terbuka sedikit. Aku membalas ciumannya dan mengulum bibirnya. Dia membiarkan penisnya terbenam dalam vaginaku . Dia berbisik :
“Nin … nikmat ya …”
“Oh Mas … Nindya sampai nggak tahan … nikmat Mas ..” Perlahan dengan gerakan yang sangat lembut dia mulai memompa batang penisnya ke dalam vaginaku yang sudah basah kuyup. Dia tahu aku pasti bisa orgasme lagi dan kali ini dia ingin merasakan semburan lumpur panas di batang penisnya.
“Ayo Nin ….nikmati lagi … jangan ditahan .. aku akan pelan2.”
“Ahhhh .. iya Mas …. Nindya pengin lagi ..ahhhhh.” Masih dengan sangat pelan dia memompa terus penisnya ke vaginaku yang ternyata masih sempit untuk ukuran wanita yang sudah menikah 2 tahun. Toketku yang menyembul tegak menggesek2 dadanya ketika dia turun naik. Sungguh sensasi yang luar biasa. Sengaja dia menggesekkan dadanya ke toketku.
“Aaaahhhhh … ahhhhhhh … iya … ahhhhh .. Nindya terangsang lagi Mas …iya …. .” Kali ini dia memompa sedikit lebih kuat dan cepat. Aku menanggapinya dengan memutar pantatku sehingga penisnya rasanya seperti di peras2 dalam vaginaku . Gerakkan ku semakin liar, tanganku sudah tidak lagi menahan lututku tapi memegang pantatnya dan menekannya dengan keras ke tubuhku.
“Aaaaahhhhhh …. Mas ….. aaaahhhhhhh” Dia semakin kencang dan dalam memompa pantatnya. Mata ku sudah terpejam rapat, kepalaku menggeleng2 liar ke kiri ke kanan seperti yang kulakukan di sofa tadi. Gerakanku semakin ganas dan
“Aaaaaaaaa.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh ………” Aku melenguh panjang sambil menegangkan seluruh otot di tubuhku. Dia menekan dalam2 penisnya ke vaginaku . Jelas dia merasakan aliran hangat di sekujur batang penisnya. Tubuh ku masih terbujur kaku. Dia pun menghentikan seluruh gerakannya sambil terus menekan vaginaku dengan penisnya. Beberapa saat sepertinya waktu terhenti. Tidak ada suara, tidak ada gerakan dari kami berdua. Dia memberi kesempatan kepada ku untuk menikmati klimaks yang barusan aku dapat.
“Oh Mas … Nindya sampai nggak tahan … nikmat Mas ..” Perlahan dengan gerakan yang sangat lembut dia mulai memompa batang penisnya ke dalam vaginaku yang sudah basah kuyup. Dia tahu aku pasti bisa orgasme lagi dan kali ini dia ingin merasakan semburan lumpur panas di batang penisnya.
“Ayo Nin ….nikmati lagi … jangan ditahan .. aku akan pelan2.”
“Ahhhh .. iya Mas …. Nindya pengin lagi ..ahhhhh.” Masih dengan sangat pelan dia memompa terus penisnya ke vaginaku yang ternyata masih sempit untuk ukuran wanita yang sudah menikah 2 tahun. Toketku yang menyembul tegak menggesek2 dadanya ketika dia turun naik. Sungguh sensasi yang luar biasa. Sengaja dia menggesekkan dadanya ke toketku.
“Aaaahhhhh … ahhhhhhh … iya … ahhhhh .. Nindya terangsang lagi Mas …iya …. .” Kali ini dia memompa sedikit lebih kuat dan cepat. Aku menanggapinya dengan memutar pantatku sehingga penisnya rasanya seperti di peras2 dalam vaginaku . Gerakkan ku semakin liar, tanganku sudah tidak lagi menahan lututku tapi memegang pantatnya dan menekannya dengan keras ke tubuhku.
“Aaaaahhhhhh …. Mas ….. aaaahhhhhhh” Dia semakin kencang dan dalam memompa pantatnya. Mata ku sudah terpejam rapat, kepalaku menggeleng2 liar ke kiri ke kanan seperti yang kulakukan di sofa tadi. Gerakanku semakin ganas dan
“Aaaaaaaaa.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh ………” Aku melenguh panjang sambil menegangkan seluruh otot di tubuhku. Dia menekan dalam2 penisnya ke vaginaku . Jelas dia merasakan aliran hangat di sekujur batang penisnya. Tubuh ku masih terbujur kaku. Dia pun menghentikan seluruh gerakannya sambil terus menekan vaginaku dengan penisnya. Beberapa saat sepertinya waktu terhenti. Tidak ada suara, tidak ada gerakan dari kami berdua. Dia memberi kesempatan kepada ku untuk menikmati klimaks yang barusan aku dapat.
Akhirnya badan ku mulai mengendur. Tanganku membelai lembut kapalanya. Bibirku mencari bibirnya untuk dihadiahi ciuman yang sangat lembut dan panjang.
“Mas …. Nindya sungguh nikmat …. Mas jago deh … Mas belum keluar ya?” “Jangan pikirkan aku Nin …. yang penting Nindya bisa menikmati kepuasan.” Kemudian dengan lambat dia mulai memompa lagi. vaginaku menjadi sangat licin. Selama beberapa saat dia terus memompa lambat2.
“Aaaahhhhhh … iya .. iya …. Mas …. Nindya mau lagi .. iya … ahhhh”. Aku kembali memutar pantatku mengiringi irama pompaannya. Aku mulai mendesah2 penuh kenikmatan. Dia mencabut penisnya dari vaginaku . Dia lalu berbaring telentang di sebelahku.
“Mas …. Nindya sungguh nikmat …. Mas jago deh … Mas belum keluar ya?” “Jangan pikirkan aku Nin …. yang penting Nindya bisa menikmati kepuasan.” Kemudian dengan lambat dia mulai memompa lagi. vaginaku menjadi sangat licin. Selama beberapa saat dia terus memompa lambat2.
“Aaaahhhhhh … iya .. iya …. Mas …. Nindya mau lagi .. iya … ahhhh”. Aku kembali memutar pantatku mengiringi irama pompaannya. Aku mulai mendesah2 penuh kenikmatan. Dia mencabut penisnya dari vaginaku . Dia lalu berbaring telentang di sebelahku.
“Kamu diatas Nin.” Aku segera berjongkok diatas selangkangannya. Dia mengarahkan kepala penisnya ke vaginaku . Aku kemudian duduk diatas tubuhnya dan bertumpu pada kedua lututku. Pantatku mulai bergerak maju mundur.
“Ayo Nin … kamu sekarang yang atur .. ohhh iya nikmat Nin.” Aku semakin bersemangat memajumundurkan pantatku. Kedua toketku berguncang indah dihadapannya. Secara reflek kedua tangannya meremas toketku. Tangan kuletakkan dibelakang pantatku sehingga tubuhku agak meliuk kebelakang membuat dadaku semakin membusung.
“Ayo Nin … kamu sekarang yang atur .. ohhh iya nikmat Nin.” Aku semakin bersemangat memajumundurkan pantatku. Kedua toketku berguncang indah dihadapannya. Secara reflek kedua tangannya meremas toketku. Tangan kuletakkan dibelakang pantatku sehingga tubuhku agak meliuk kebelakang membuat dadaku semakin membusung.
“Ohhh Nin … toketmu sexy sekali … terus Nin … ohhhh … lebih keras Nin.”
“Aaaaahhhh Mas … Nindya sudah mau sampai lagi … ahhhhh ahhhhhh Mas”
“Ayo Nin …. terus Nin … cepat …. ohhhhh iya .. iya Nin … no nokmu enak sekali.”
“Mas .. ahhhh … Nindya nggak tahan … puasi Nindya lagi mas .. ahhhh.” Gerakan pantat ku semakin cepat dan semakin cepat. Dia merasa penisnya tergesek2 dinding vaginaku yang sempit dan licin itu. Dengan sekuat tenaga dia mencoba menahan agar dia tidak ngecret tapi pertahanannya semakin rapuh.
“Nin … oooohhhh Nin …. aku nggak tahan … ohhh Nin …. enak ..enak.”
“Ahhhh … ayo .. Mas ….. Nindya juga udah nggak tahan … sekarang mas ..ahhh sekarang.” Tepat pada detik itu bendungannya ambrol tak mampu menahan terjangan pejunya yang menyemprot kuat.
“Oooooooohhhhhhh Nin ….. crooots crooots croots”
“Aaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhh Mas …. ahhhhhhhhhhh ..” Kami mencapai puncak kenikmatan bersama. penisnya terasa hangat divaginaku . Aku masih duduk diatasnya tapi sudah kaku tak bergerak. vaginaku melahap seluruh batang penisnya.
“Oooohhh Nin …. nikmat sekali .. makasih Nin .. kamu pinter membuat aku puas.” Dia menggapai tubuh ku dan ditarik menelungkup diatas tubuhnya. Toketku yang masih keras menghimpit dadanya. Dia menciumi seluruh wajahku yang ditetesi keringat.
“Mas … ahhhhh … Nindya sungguh puas Mas … ” Kemudian kami berbaring sambil berpelukan. Badan kami mulai terasa penat tapi bathin kami sangat puas.
“Aaaaahhhh Mas … Nindya sudah mau sampai lagi … ahhhhh ahhhhhh Mas”
“Ayo Nin …. terus Nin … cepat …. ohhhhh iya .. iya Nin … no nokmu enak sekali.”
“Mas .. ahhhh … Nindya nggak tahan … puasi Nindya lagi mas .. ahhhh.” Gerakan pantat ku semakin cepat dan semakin cepat. Dia merasa penisnya tergesek2 dinding vaginaku yang sempit dan licin itu. Dengan sekuat tenaga dia mencoba menahan agar dia tidak ngecret tapi pertahanannya semakin rapuh.
“Nin … oooohhhh Nin …. aku nggak tahan … ohhh Nin …. enak ..enak.”
“Ahhhh … ayo .. Mas ….. Nindya juga udah nggak tahan … sekarang mas ..ahhh sekarang.” Tepat pada detik itu bendungannya ambrol tak mampu menahan terjangan pejunya yang menyemprot kuat.
“Oooooooohhhhhhh Nin ….. crooots crooots croots”
“Aaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhh Mas …. ahhhhhhhhhhh ..” Kami mencapai puncak kenikmatan bersama. penisnya terasa hangat divaginaku . Aku masih duduk diatasnya tapi sudah kaku tak bergerak. vaginaku melahap seluruh batang penisnya.
“Oooohhh Nin …. nikmat sekali .. makasih Nin .. kamu pinter membuat aku puas.” Dia menggapai tubuh ku dan ditarik menelungkup diatas tubuhnya. Toketku yang masih keras menghimpit dadanya. Dia menciumi seluruh wajahku yang ditetesi keringat.
“Mas … ahhhhh … Nindya sungguh puas Mas … ” Kemudian kami berbaring sambil berpelukan. Badan kami mulai terasa penat tapi bathin kami sangat puas.
Hari sudah beranjak malam.
“Mas Nindya laper”.
“Ya udah, kita mandi dulu, terus baru cari makan malem”. Dikamar mandi, kita saling menyabuni. penisnya ngaceng lagi, kukocok2 penisnya pelan2. “Mas penisnya besar banget sih”. Aku mulai berani bicara vulgar kepadanya, sudah tidak sungkan lagi. Selesai mandi, aku memakai kaos oblong merah dengan celana gombrang khaki. Kemudian aku pergi dengannya ke warung didepan komplex untuk cari makan malam. Selesai makan malam, kita kembali kerumah lagi. Aku memutar film biru yang baru dipinjam suamiku. Suamiku memang hobi nonton film begituan. Dengan 2 bantal besar diatas karpet tebal kami berdua duduk berdampingan sambil nonton film. Permainan panas di film itu membuat aku mulai bergerak menempel kebadannya dan kemudian rebah diatas pahanya. Dia mengulum bibirku dengan lembut sambil tangannya mulai bergerak dengan sentuhan halus ke toketku yang tanpa bra itu. Aku menggelinjang saat dia mulai agresif memainkan pentilku.
“Mas Nindya laper”.
“Ya udah, kita mandi dulu, terus baru cari makan malem”. Dikamar mandi, kita saling menyabuni. penisnya ngaceng lagi, kukocok2 penisnya pelan2. “Mas penisnya besar banget sih”. Aku mulai berani bicara vulgar kepadanya, sudah tidak sungkan lagi. Selesai mandi, aku memakai kaos oblong merah dengan celana gombrang khaki. Kemudian aku pergi dengannya ke warung didepan komplex untuk cari makan malam. Selesai makan malam, kita kembali kerumah lagi. Aku memutar film biru yang baru dipinjam suamiku. Suamiku memang hobi nonton film begituan. Dengan 2 bantal besar diatas karpet tebal kami berdua duduk berdampingan sambil nonton film. Permainan panas di film itu membuat aku mulai bergerak menempel kebadannya dan kemudian rebah diatas pahanya. Dia mengulum bibirku dengan lembut sambil tangannya mulai bergerak dengan sentuhan halus ke toketku yang tanpa bra itu. Aku menggelinjang saat dia mulai agresif memainkan pentilku.
“Ayo mas..gesek lagi ya..!” pintaku bernafsu. Aku mencium dan menjilati jari-jarinya. Kemudian dia melepaskan tangannya dari ciumanku dan kembali meremas toketku dari balik kaosku. Dipilinnya pentilku secara bergantian. Aku makin menggeliat karena napsuku sudah memuncak. Tangannya kutarik menjauh dari toketku. Kubawa ke arah perutku. Segera dia mengilik2 puserku sampai aku menggeliat kegelian,
“Mas geli”. Tangannya segera menyusup ke bawah dan menemukan karet celana gombrongku. Tangannya berusaha merayap terus ke bawah menyelip kedalam cdku sampai menyentuh rambut kemaluanku. Jangkauannya kini maksimal, padahal target belum tercapai. Aku menaikkan badanku sedikit dan kini jari-jarinya bisa mencapai belahan vaginaku . vaginaku sudah basah, sehingga jari tengahnya dengan mudah menyusup ke dalam dan menemukan it ilku yang sudah mengeras. Dia lalu memainkan jari tengahnya. Pinggulku mengikuti irama sentuhan jari tengahnya. Aku menggelinjang.
“Mas geli”. Tangannya segera menyusup ke bawah dan menemukan karet celana gombrongku. Tangannya berusaha merayap terus ke bawah menyelip kedalam cdku sampai menyentuh rambut kemaluanku. Jangkauannya kini maksimal, padahal target belum tercapai. Aku menaikkan badanku sedikit dan kini jari-jarinya bisa mencapai belahan vaginaku . vaginaku sudah basah, sehingga jari tengahnya dengan mudah menyusup ke dalam dan menemukan it ilku yang sudah mengeras. Dia lalu memainkan jari tengahnya. Pinggulku mengikuti irama sentuhan jari tengahnya. Aku menggelinjang.
“Mas, lepasin pakean Nindya, mas, semuanya”, pintaku. Segera dia mengangkat kaosku keatas, aku mengangkat tanganku keatas untuk mempermudah dia membuka kaosku. Kemudian dia menarik celana gombrangku bersama cdku, aku mengangkat pantatku untuk mempermudah dia melepasnya. Setelah aku berbugil ria, segera diapun melepas semua yang menempel dibadannya.
Penis besarnya sudah tegak dengan kerasnya. Dia berbaring dengan 2 bantal susun dipunggungnya. Aku menunduk mengulum kepala penisnya. Hanya sebentar karena dia menyuruhku menduduki penisnya dengan posisi membelakangi dia. Aku mulai bergerak pelan memaju-mundur pantatku untuk menggesekkan vaginaku ke penisnya. Tangannya dari belakang mulai beraksi memijit-mijit toketku. Aku menjadi sangat liar, menggeliat sambil tak henti-hentinya mendesah kenikmatan. Gerakan dan sentakanku makin cepat dan keras sampai suatu saat kuundurkan pantatku agak kebelakang dan penisnya lepas dari jepitan bibir vaginaku . penisnya yang agak terangkat sudah berhadapan dengan bibir vaginaku yang basah itu dan….bleeessss..kepala dan separuh penisnya yang tegang keras itu amblas kedalam vaginaku .
“Maas”, seruku.
“Kenapa Nin, sakit”, tanyanya. Aku hanya menggelengkan kepala, bukannya sakit tapi nikmat banget. Sesek rasanya vaginaku kemasukan penisnya yang besar banget itu. vaginaku berdenyut mencengkeram penisnya, giliran dia yang mendesis,
“Nin, nikmat banget no nokmu, bisa ngemut penisku”. Dia membalikkan badanku dan sehingga aku terlentang diatas karpet. Dia menundukkan mukanya dan mengulum bibirku sambil menggeser badannya keatas.
“Kenapa Nin, sakit”, tanyanya. Aku hanya menggelengkan kepala, bukannya sakit tapi nikmat banget. Sesek rasanya vaginaku kemasukan penisnya yang besar banget itu. vaginaku berdenyut mencengkeram penisnya, giliran dia yang mendesis,
“Nin, nikmat banget no nokmu, bisa ngemut penisku”. Dia membalikkan badanku dan sehingga aku terlentang diatas karpet. Dia menundukkan mukanya dan mengulum bibirku sambil menggeser badannya keatas.
Dengan pelan ditusukkannya penisnya kevaginaku . Diteruskannya dorongannya dan kepala penisnya mulai memaksa menerobos masuk keliang vaginaku . “Ouuhh..” kembali aku melenguh. Dikocoknya penisnya pelan sehingga kian dalam memasuki vaginaku . Pelan tapi pasti dan akhirnya kurasakan seluruh vaginaku penuh terisi penisnya. vaginaku yang sudah basah itu masih terasa sempit buatnya,
“Nin, sudah basah gini masih sempit aja no nokmu, nikmat banget deh, mana terasa banget empotannya. Terus diempot ya Nin”. Dihunjamkannya lagi penisnya, walau terasa sangat sesak tapi nikmat,
“Ooohhh…” aku mulai menggeliat, kaki kuangkat, melingkar kepahanya sementara kepalaku terangkat, mendongak kebelakang dengan mataku membelalak. Tangannya bereaksi cepat, toketku diremas pelan sembari pentilnya dipijit, membuat aku makin menggila, berdesah panjang kenikmatan,
“uhhh, peluk Nindya mas”. Dirapatkannya badannya kebadanku dan aku merangkul ketat punggungnya. Goyangan pantatnya turun naik makin cepat sehingga bersuara “plook..ploook” karena begitu banyak cairan yang mengalir dari vaginaku .
Dia kemudian mengganti posisi. Aku disuruh nungging pada sandaran sofa dengan posisi pantat sedikit terangkat, kaki mengangkang. Digesekkannya kepala penisnya ke bibir no noknya beberapa saat, baru dihunjamkannya pelan. Doggy Style !
“Maas”, erangku ketika kepala penisnya mulai menekan dan menerobos masuk ke liang vaginaku . Baru setengah penisnya masuk,
“Aaauuhhh….” mataku terbelalak saking nikmatnya. Kemudian dia mulai mengocok penisnya keluar masuk vaginaku . Aku kembali mengelinjang, menahan enjotan pantatnya. Terasa penisnya makin keras dan kepalanya makin membesar karena gesekan di dinding vaginaku .
“Maas”, erangku ketika kepala penisnya mulai menekan dan menerobos masuk ke liang vaginaku . Baru setengah penisnya masuk,
“Aaauuhhh….” mataku terbelalak saking nikmatnya. Kemudian dia mulai mengocok penisnya keluar masuk vaginaku . Aku kembali mengelinjang, menahan enjotan pantatnya. Terasa penisnya makin keras dan kepalanya makin membesar karena gesekan di dinding vaginaku .
“Ooohhh..oooohhhh” gumamku, karena dia mempercepat enjotannya. Tiba-tiba dia menahan gerakan pantatnya, ditariknya keluar sehingga hanya sebagian penisnya yang masih terbenam lalu disentakkannya cepat dengan gerakan pendek, kemudian ditekannya rapat kepantatku hingga semua penisnya tertanam dalam vaginaku , lalu dibuatnya gerakan memutar. Otomatis kepala penisnya berputar bak bor mengesek ketat dinding vaginaku .
“Uuaahhh….terus mas…enaaakkk!” desahku. Tidak puas hanya menikmati putaran “bor” nya, aku ikut mengenjot keras pantatku ke belakang dan…
“Uuaahhh….terus mas…enaaakkk!” desahku. Tidak puas hanya menikmati putaran “bor” nya, aku ikut mengenjot keras pantatku ke belakang dan…
“uuhhh..uuuhhh” kami berdua sama-sama mengerang nikmat. Selang lebih dari 20 menit kami berpacu dengan posisi demikian, aku makin keblingsatan dengan erangan-erangan tak keruan. Dia tahu kalau aku sudah akan nyampe.
Aku ditelantangkan diatas sofa dengan kaki kiri menjuntai lantai dan kaki kanan bergantung pada sandaran sofa. Paha ku terbuka lebar dan bibir no nok ku sedikit membuka setelah disodok penisnya sejak tadi. Kini dia mulai membungkuk diatas badanku dan dengan tangan kiri menopang badannya, tangan kanannya menuntun penisnya kearah bibir vaginaku .
“Ayo..masukin mas..!” pintaku. Kepala penisnya mulai menghunjam.
“Aaahhhh..!” erangku saat seluruh penisnya disodok masuk dan mulai dikocok turun naik langsung dengan frekuensi tinggi dan cepat.
“Ah..ah..ah..ah.” aku tiada hentinya melenguh, badanku menggeliat dengan kepala sebentar naik sebentar turun menahan geli dan nikmat yang amat sangat. Dia terus mengocok dengan kecepatan tinggi dan menggila. Kenikmatanku sudah memuncak.
“Auuuh..m..m..” tanganku melingkar ketat dipunggungnya dengan paha dan kakiku ikut membelitnya.
“Tahan dikit Nin..!” bisiknya dikupingku sambil mempercepat sodokannya.
“Aaaahhhhhhh..!” aku menjerit panjang, kukuku serasa menembus kulit punggungnya, mengiringi puncak kenikmatanku. Berbarengan dengan lenguhan panjang, dia menyodok keras penisnya ke vaginaku diimbangi dengan goyangan kencang pantatku yang berusaha mengapung keatas, . Otot-otot bibir vaginaku serasa berdenyut-denyut seperti meremas-remas penisnya. Crreeeettt…pejunya ngecret didalem vaginaku , hangat, membuat aku merem melek sejenak. Kami berdua sama-sama nyampe.
“Oh Nin, puas sekali ngen tot denganmu..!” desahnya. Kami masih berpelukan sebentar dengan penisnya masih terbenam di vaginaku , berciuman.
0 Komentar untuk "NGESEX BERASAL DARI CATUR"