Staff Hotel Suka Ngentot
Cerita Sex 69 - Sebetulnya bukan untuk masalah kantor kita sich. Cuma kebetulan saja cocok ia berada di sini, jadi sekaligus saja. Ia bermalam di Bekasi.Baca Juga : Santri Binal Pecah PerawanBarusan ia telpon tuturnya meminta tolong supaya diantarkan surat yang tempo hari Dik Anto bikin idenya untuk dipelajari, terangkan saja detailnya. Kelak Dik Anto antar saja kesana serta bayar bill hotel beliau. Layani sampai usai urusannya, jika butuh kelak tidak perlu kembali pada kantor. Esok beliau kembali. Jika mobil kantor cocok kosong, gunakan taksi saja soalnya ini penting. Uangnya mengambil di kasir!” tuturnya sekalian memberi memo kepadaku untuk mengambil uang di kasir.
Bergegas saya ke kasir sekalian cek di resepsionis ada mobil kantor kosong ataukah tidak. Nyatanya semua mobil digunakan. Jadi saya naik taksi ke Bekasi.
Setelah tiba di hotel yang dituju, saya selekasnya menjumpai Pak Jay, serta menyerahkan berkas yang disebut. Sesudah ia menanyakan mengenai detil dari berkas barusan, ia sebutkan jika ia telah pahami dengan didalamnya serta sepakat. Cuma ada perbaikan redaksional saja.
“OK Dik, kelak saya kabari. Ini saja, ide ini saya bawa serta dahulu. Perbaikannya kelak mengejar saja. Cuma redaksional kok. Didalamnya saya telah memahami serta prinsipnya sepakat,” tuturnya.
“Oh ya pak, pimpinan saya berikan jika bill hotel bapak agar kami yang tuntaskan,” kataku.
“Aduh, jadi menyusahkan. Berikan terima kasih serta salam untuk pimpinanmu, Pak Is” tuturnya sekalian menyalamiku.
“Baik Pak kelak saya berikan, selamat jalan”.
Saya selanjutnya membereskan bill di front office. Mendadak saja petugas hotel memanggilku.
“Maaf Pak Anto ya? Ini Pak Jay ingin bicara,” tuturnya sekalian menyerahkan gagang telephone. Kuterima gagang telephone serta dari seberang Pak Jay berkata”Dik, saya lupa kasih tahu. Kebetulan semua masalah saya usai hari ini menjadi saya dapat pulang siang kelak. Dik Anto nantikan sesaat dibawah ya!”
Saya menanti Pak Jay turun ke lobby. Sesaat selanjutnya ia telah hadir serta meminta dipanggilkan taksi. Kupanggilkan taksi, ia naik serta tuturnya.
“Terima kasih banyak lho bantuannya”.
Saya menggangguk serta tersenyum saja. Sesudah taksinya pergi, saya berpikir jika ia jadi pulang, sesaat bill telah dibayar penuh sampai esok, sayang rasa-rasanya. Agar saja kuisi kamarnya sampai esok, toh esok libur. Saya lapor ke resepsionis.
Deposit Via OVO“Mbak, Pak Jay telah cek out, saya gunakan kamarnya sampai esok. Tetapi tolong beresin dahulu kamarnya, saya ingin jalan dahulu sesaat. Bisa kan?” kataku.
“Boleh pak, silahkan saja,” tuturnya sekalian tersenyum.
Pada akhirnya saya keliling-keliling di Kota Bekasi. Tidak ada yang aneh sich. hanya telah lama saja tidak ke Bekasi. Sesudah beberapa lama, lelah rasa-rasanya badanku. Saya pada akhirnya masuk ke satu panti pijat tradisionil. Siapa tahu bisa massage girl yang oke, sesudah dipijat kelak gantian kita yang memijatnya.
Seperti biasa demikian masuk di ruangan depan saya ditawari foto-foto close up yang cantiknya menaklukkan artis. Mbak yang menjaga memberi komentar sekalian sekaligus promo. Si A pijatannya bagus serta orangnya supel, Si B cukup cerewet tetapi cantik, Si C hitam manis serta ramah serta lain-lainnya. Saya sich tidak tertarik dengan promosinya. Pilihanku umumnya berdasar feeling saja.
Saat lihat-lihat photo, ada wanita yang masuk. Kulihat selintas, jika ia massage girl di sini saya pilih ia saja.
Kutanya pada yang menjaga, ” Mbak, tadi baru saja melalui kerja di sini ?”
“Ya Mas, ia baru meminta ijin keluar sesaat barusan. Tuturnya sedikit ada kepentingan,” jawabnya.
“Boleh pijat sama ia Mbak?” tanyaku .
“Boleh saja, tetapi biaya buatnya cukup tinggi sedikit,” tuturnya sekalian tersenyum selanjutnya mengatakan rupiah yang perlu kusediakan.
Kuiyakan serta disuruhnya saya masuk ke kamar VIP, ada AC-nya walau bising serta tidak dingin. Sekalian menanti di kamar, kuamat-amati sekelilingku. Satu kamar memiliki ukuran 3 X 2 mtr. dengan satu spring bed untuk seseorang serta satu meja kecil yang di atasnya ada krim pijat serta handuk. Pintunya ditutup dengan tirai kain sampai ke lantai. Kulepaskan pakaianku tinggal celana dalam saja. Iseng-iseng kubuka laci meja kecil di sampingku. Ada kotak “25” yang telah kosong.
Selang beberapa saat gadis pemijat yang kupesan telah ada. Kuamati lebih cermat. Cukup. Kulitnya putih, tinggi (untuk ukuran satu orang wanita) dengan perawakan imbang. Dia kenakan celana panjang hitam serta kaus putih. BH-nya yang berwarna hitam terlihat jelas membayang di badannya.
“Selamat siang,” sapanya sekalian tutup tirai serta mengikatkan pinggirnya pada hubungan di kusen pintu.
“Siang,” jawabku singkat.
“Silakan berbaring tengkurap Mas, ingin diurut atau dipijat saja”.
“Punggungku dipijat saja, kaki serta tangan bisa diurut”.
Saya berbaring di atas spring bed. Dia mulai memijat jari serta telapak kakiku.
“Namanya siapa Mbak?” tanyaku.
Deposit Via OVO“Apa pentingnya Mas tanya-tanya nama semua. Mas kerja di Sensus ya?” Jawabnya sekalian tersenyum. Walau jawabannya demikian tetapi dari suara suaranya ia tidak geram.
Pada akhirnya sekalian memijat saya tahu namanya, Wati, datang dari Palembang. Pijatannya sebetulnya tidak keras. Kelihatannya ia pernah belajar mengenai anatomi badan manusia hingga pada beberapa titik tersendiri berasa cukup sakit bila dipijat.
“Aduh.. Perlahan sedikit dong!” teriakku saat ia memijat sisi betisku.
“Kenapa Mas, Sakit? Jika dipijat sakit bermakna ada sisi yang tidak beres. Coba sisi lain, walau pijatannya lebih keras tetapi kan tidak sakit”.
Kupikir benar gagasannya. Saya sedikit pernah baca mengenai pijat refleksi yang buka simpul syaraf serta lancarkan saluran darah hingga metabolisme badan normal kembali. Dia memijat pahaku.
“Hmmhh.. Ada urat yang sedikit ketarik Mas. Tentu beberapa waktu ini adik kecilnya tidak dapat bangun dengan optimal,” tuturnya.
Memang beberapa waktu ini, entahlah sebab kecapekan kerja atau karena lain hingga saat pagi hari waktu bangun tidur adik kecilku keadaannya kurang tegang. Saya tidak memerhatikan sebab pemikiran memang konsentrasi untuk mengakhiri pekerjaan minggu ini. Tangannya seringkali mulai menyenggol kejantananku yang terbungkus celana dalam. Tetapi herannya saya benar-benar tidak terangsang. Kucoba untuk meningkatkan pantatku dengan keinginan tangannya dapat lebih ke depan , tetapi ditekannya pantatku.
“Sudahlah, Mas diam saja kelak tidak jadi pijat,” tuturnya.
Kesempatan ini tangannya betul-betul meremas adik kecilku. Tetapi satu kali lagi saya bingung, sebab tidak dapat terangsang. Tangannya sekarang memijat pinggangku. Ibu jarinya mendesak pantatku sisi samping serta jari yang lain memijat-mijat seputar kandung kemih.
“Penuh.. Beberapa waktu tentu tidak dikeluarkan ya Mas? Maklum adiknya tidak fit,” komentarnya cukup ngeres.
Kembali lagi tebakannya benar. Saya tidak paham ia asal terka atau memang benar ada ilmunya untuk beberapa hal semacam itu.
“Hhh..” kataku saat dia mulai mendesak punggungku, selanjutnya terus sampai tengkuk.
Saya mulai merasakan santai serta mengantuk. Enak pijatannya. Sekarang kakiku diurutnya dengan krim pijat. Sampai di dekat pahaku ia berkata”Tahan sedikit Mas, cukup sakit memang”. Tangannya dengan kuat mengurut paha sisi dalamku. Berasa sakit sekali.
“Uffpp.. Haahh,” kataku sekalian meredam sakit.
Kepalaku kubenamkan ke bantal. Sesudah ke-2 iris pahaku diurut berasa ada ketidaksamaan. Kejantananku mulai bereaksi saat tangannya menyelinap ke bawah pahaku. Perlahan tetapi tentu kejantananku mulai jadi membesar hingga berasa mengganjal. Saya cukup meningkatkan pantatku untuk cari tempat yang enak. Kesempatan ini dibiarkannya pantatku naik serta tanganku meluruskan senjataku pada arah jam 12.
“Balik badannya, dadanya ingin dipijat tidak?”
Kubalikkan badanku. Kulihat keringat mulai menitik di lehernya. Untung ada AC, walau tidak bagus, sedikit membantu. Wati mengusap-usap dadaku.
“Badanmu bagus Mas, dadanya diurut ya?”
“Nggak perlu, tanganku saja deh diurut,” kataku.
Dia duduk di sampingku dengan kaki menggantung di samping ranjang. Saat dia meluruskan serta mengurut tanganku kupegang dadanya. Cukup besar, tetapi cukup kendor.
“Tangannya..” tuturnya mengingatkanku.
Tidak berapakah lama dia telah usai memijat serta mengurut badanku. Saya meregangkan tubuh. Berasa lebih fresh.
“Sebentar saya mengambil air dahulu Mas,” dia keluar kamar serta kembali dengan bawa air hangat serta handuk kecil.
Deposit Via OVODicelupkannya handuk kecil ke air hangat serta dilapnya semua tubuhku sampai sisa krim pijat hilang. Selanjutnya dilapnya badanku satu kali lagi dengan handuk yang berada di atas meja kecil. Saya kembali terangsang saat ia melap dadaku. Kuperhatikan ia serta kupegang tangannya di atas dadaku. Dia memutar-mutarkan tangannya yang dibalut handuk.
“Kenapa Mas,” bisiknya.
“Ingin dikeluarin agar tidak penuh serta membludak terbuang,” kataku.
Dia menggerakkan tangan, kode untuk mengocok penisku.
“Nggak bisa emangnya di sini ya? Ini apa?” tanyaku sekalian buka laci meja serta tunjukkan kotak “25” yang kosong barusan.
“Mas ini tangannya usil deh. Bukan demikian Mas, bos berada di sini. Ia ke sini satu minggu 2x. Ia melarang kami untuk begituan dengan tamu, tuturnya akhir-akhir ini seringkali ada razia,” jawabnya.
Kami diam sesaat, tensiku telah mulai turun.
“Begini saja Mas, kebetulan saya ingin serta Mas sebetulnya sesuai seleraku serta rasa-rasanya dapat memuaskanku. Sesekali ingin nikmati kesenangan. Malam nanti saja kita bertemu sesudah jam 10 malam, sini telah tutup”.
Kutanya berapakah tarifnya untuk tadi malam.
“Jangan salah anggap Mas, tidak semua wanita pemijat cuma ingin uang saja. Telah kubilang jika kita kelak dapat take and give. Just for fun”.
Busyet.. Entahlah benar entahlah tidak bahasa yang diucapkannya saya tidak perduli. Malam hari ini saya bisa pemuas keinginanku yang ketahan sepanjang beberapa waktu. Kukatakan kelak sesudah usai kerja kutunggu di hotel tempatku bermalam.
Saya kembali pada hotel serta mandi. Selintas ada keinginanku untuk berswalayan-ria. Tetapi kutahan, takut malam nanti jadi kurang greng. Sesudah mandi saya kembali jalan di seputar hotel. Jalan mulai macet, sebab jam pulang kantor telah melalui. Cuaca cukup mendung serta tidak lama turun gerimis. Kupercepat langkahku, tetapi gerimis telah mulai lebat. Untung ada satu warung tenda. Selintas kubaca ada STMJ. Bisa nih, hitung-hitung persiapan malam nanti. Kupesan segelas. Kuseruput perlahan-lahan. Rasa hangat menjalari tubuhku. Jahenya begitu pedas, kulirik penjualnya.
“Di sini STMJ-nya asli Mas, alami. Bukan bikinan pabrik jamu, tetapi saya bikin sendiri. Jahenya memang menyengaja cukup banyak agar tubuh jadi sehat serta tidak gampang masuk angin,” tuturnya seakan membaca pikiranku. Kutunggu minumanku cukup dingin. Nyatanya ramai warung ini. Mungkin saja karena ramuan Bapak penjualnya yang membuat dengan bahan alami.
Kembali pada hotel walau dengan baju sedikit basah, tetapi kesegaran pijatan serta STMJ membuatku tidak takut masuk angin. Saya tidak bawa serta baju ubah sebab tujuannya tidak bermalam, cuma layani tamu kantor. Kulepas bajuku serta dengan masih menggunakan celana panjang kubaringkan tubuhku ke ranjang yang empuk. Enak jadi orang kaya.
Bermalam dalam tempat yang empuk serta berAC. Tetapi kupikir , nyatanya hidup ini enak jika ditempuh dengan suka hati. Orang kaya yang punyai jabatan pasti tingkat stressnya tambah tinggi serta belum pasti mereka bisa nikmati semua yang ada kepadanya. Mungkin pas saya jadi filsuf, pikirku demikian sadar dari lamunanku.
Kulihat jam dinding tunjukkan jam delapan kurang sepuluh menit. Masihlah ada kesempatan tiduran dua jam sesudah sepanjang hari pikiranku cukup lelah. Tubuh sich tidak apa-apa, cuma pemikiran yang butuh istirahat.
1/2 tertidur saya dengar ketukan di pintu.
“Tok.. Tok.. Tok..
“Mas Anto, ini Wati,” terdengar suara di luar.
Upss, saya melonjak dari ranjang serta buka pintu. Sesudah kubuka pintu saya heran sesaat. Wati masih menggunakan kaus tadi siang dipakainya dibungkus dengan sweater serta celananya telah ubah dengan jeans. Sepatu dengan hak tinggi membuat ia terlihat tambah tinggi serta langsing. Kacamata bening nongkrong di hidungnya yang sedang. Mukanya dihiasi dengan make-up tipis. Jika disaksikan selintas seperti Yurike Prastica.
Wati masuk serta melepas sweaternya. Saya tutup pintu, menguncinya serta duduk di atas ranjang, lalu dia duduk di sampingku. Waktu itu saya masih termangu, tetapi penisku bereaksi bertambah cepat serta langsung tegak dengan kerasnya. Wati lihat kebawah, dia menyengaja lihat serta meraba, menyeka dan mainkan penisku.
Saya mulai bergairah tapi cuma diam menanti laganya. Kurebahkan tubuhku ke tempat tidur, dia terus mainkan penisku. Dilepasnya kacamata serta ditempatkan di meja samping ranjang. Dia berdiri serta melepas celana panjangnya. Pahanya yang mulus terpajang di depanku. Kudorong dia serta kupepetkan ke dinding sekalian berciuman lembut. Dia mengeluh kecil” Ngghngngh..”.
Tangannya buka celana panjangku serta menariknya ke bawah. Tangannya meremas penisku serta mengeluarkannya dari celana dalamku. Dia bergerak hingga saya yang dipepetnya pada dinding. Dalam tempat 1/2 jongkok dia mulai mengulum penisku. Penisku makin lama makin tegang.
Dia menggabungkan permainannya dengan mengocok, menjilat, menyedot serta mengulum penisku. Kupegang erat kepalanya serta kugerakkan maju mundur hingga mulutnya bergerak mengulum penisku. Tangannya meremas pantatku serta menarik celana dalamku yang mengganggu gerakannya. Kurasakan mulutnya mengisap dengan kuat sampai penisku berasa nyeri.
Kuangkat tubuhnya serta kulucuti celana dalamnya. Kaus minimnya masih kubiarkan masih di badannya. Satu keindahan tertentu memandangnya dalam keadaan polos dibagian bawah serta kausnya masih menempel. Belahan payudaranya yang besar membayang dibalik kaus minimnya. Sekarang saya yang jongkok di depannya serta mulai menjilati serta mainkan clit-nya.
“Anu, ada tamu dari Kalimantan, namanya Pak Jainudin, panggil saja Pak Jay.
Sebetulnya bukan untuk masalah kantor kita sich. Cuma kebetulan saja cocok ia berada di sini, jadi sekaligus saja. Ia bermalam di Bekasi.
Barusan ia telpon tuturnya meminta tolong supaya diantarkan surat yang tempo hari Dik Anto bikin idenya untuk dipelajari, terangkan saja detailnya. Kelak Dik Anto antar saja kesana serta bayar bill hotel beliau. Layani sampai usai urusannya, jika butuh kelak tidak perlu kembali pada kantor. Esok beliau kembali. Jika mobil kantor cocok kosong, gunakan taksi saja soalnya ini penting. Uangnya mengambil di kasir!” tuturnya sekalian memberi memo kepadaku untuk mengambil uang di kasir.
Bergegas saya ke kasir sekalian cek di resepsionis ada mobil kantor kosong ataukah tidak. Nyatanya semua mobil digunakan. Jadi saya naik taksi ke Bekasi.
Setelah tiba di hotel yang dituju, saya selekasnya menjumpai Pak Jay, serta menyerahkan berkas yang disebut. Sesudah ia menanyakan mengenai detil dari berkas barusan, ia sebutkan jika ia telah pahami dengan didalamnya serta sepakat. Cuma ada perbaikan redaksional saja.
“OK Dik, kelak saya kabari. Ini saja, ide ini saya bawa serta dahulu. Perbaikannya kelak mengejar saja. Cuma redaksional kok. Didalamnya saya telah memahami serta prinsipnya sepakat,” tuturnya.
“Oh ya pak, pimpinan saya berikan jika bill hotel bapak agar kami yang tuntaskan,” kataku.
“Aduh, jadi menyusahkan. Berikan terima kasih serta salam untuk pimpinanmu, Pak Is” tuturnya sekalian menyalamiku.
“Baik Pak kelak saya berikan, selamat jalan”.
Saya selanjutnya membereskan bill di front office. Mendadak saja petugas hotel memanggilku.
“Maaf Pak Anto ya? Ini Pak Jay ingin bicara,” tuturnya sekalian menyerahkan gagang telephone. Kuterima gagang telephone serta dari seberang Pak Jay berkata”Dik, saya lupa kasih tahu. Kebetulan semua masalah saya usai hari ini menjadi saya dapat pulang siang kelak. Dik Anto nantikan sesaat dibawah ya!”
Saya menanti Pak Jay turun ke lobby. Sesaat selanjutnya ia telah hadir serta meminta dipanggilkan taksi. Kupanggilkan taksi, ia naik serta tuturnya.
“Terima kasih banyak lho bantuannya”.
Saya menggangguk serta tersenyum saja. Sesudah taksinya pergi, saya berpikir jika ia jadi pulang, sesaat bill telah dibayar penuh sampai esok, sayang rasa-rasanya. Agar saja kuisi kamarnya sampai esok, toh esok libur. Saya lapor ke resepsionis.
“Mbak, Pak Jay telah cek out, saya gunakan kamarnya sampai esok. Tetapi tolong beresin dahulu kamarnya, saya ingin jalan dahulu sesaat. Bisa kan?” kataku.
“Boleh pak, silahkan saja,” tuturnya sekalian tersenyum.
Pada akhirnya saya keliling-keliling di Kota Bekasi. Tidak ada yang aneh sich. hanya telah lama saja tidak ke Bekasi. Sesudah beberapa lama, lelah rasa-rasanya badanku. Saya pada akhirnya masuk ke satu panti pijat tradisionil. Siapa tahu bisa massage girl yang oke, sesudah dipijat kelak gantian kita yang memijatnya.
Seperti biasa demikian masuk di ruangan depan saya ditawari foto-foto close up yang cantiknya menaklukkan artis. Mbak yang menjaga memberi komentar sekalian sekaligus promo. Si A pijatannya bagus serta orangnya supel, Si B cukup cerewet tetapi cantik, Si C hitam manis serta ramah serta lain-lainnya. Saya sich tidak tertarik dengan promosinya. Pilihanku umumnya berdasar feeling saja.
Saat lihat-lihat photo, ada wanita yang masuk. Kulihat selintas, jika ia massage girl di sini saya pilih ia saja.
Kutanya pada yang menjaga, ” Mbak, tadi baru saja melalui kerja di sini ?”
“Ya Mas, ia baru meminta ijin keluar sesaat barusan. Tuturnya sedikit ada kepentingan,” jawabnya.
Deposit Via OVO“Boleh pijat sama ia Mbak?” tanyaku .
“Boleh saja, tetapi biaya buatnya cukup tinggi sedikit,” tuturnya sekalian tersenyum selanjutnya mengatakan rupiah yang perlu kusediakan.
Kuiyakan serta disuruhnya saya masuk ke kamar VIP, ada AC-nya walau bising serta tidak dingin. Sekalian menanti di kamar, kuamat-amati sekelilingku. Satu kamar memiliki ukuran 3 X 2 mtr. dengan satu spring bed untuk seseorang serta satu meja kecil yang di atasnya ada krim pijat serta handuk. Pintunya ditutup dengan tirai kain sampai ke lantai. Kulepaskan pakaianku tinggal celana dalam saja. Iseng-iseng kubuka laci meja kecil di sampingku. Ada kotak “25” yang telah kosong.
Selang beberapa saat gadis pemijat yang kupesan telah ada. Kuamati lebih cermat. Cukup. Kulitnya putih, tinggi (untuk ukuran satu orang wanita) dengan perawakan imbang. Dia kenakan celana panjang hitam serta kaus putih. BH-nya yang berwarna hitam terlihat jelas membayang di badannya.
“Selamat siang,” sapanya sekalian tutup tirai serta mengikatkan pinggirnya pada hubungan di kusen pintu.
“Siang,” jawabku singkat.
“Silakan berbaring tengkurap Mas, ingin diurut atau dipijat saja”.
“Punggungku dipijat saja, kaki serta tangan bisa diurut”.
Saya berbaring di atas spring bed. Dia mulai memijat jari serta telapak kakiku.
“Namanya siapa Mbak?” tanyaku.
“Apa pentingnya Mas tanya-tanya nama semua. Mas kerja di Sensus ya?” Jawabnya sekalian tersenyum. Walau jawabannya demikian tetapi dari suara suaranya ia tidak geram.
Pada akhirnya sekalian memijat saya tahu namanya, Wati, datang dari Palembang. Pijatannya sebetulnya tidak keras. Kelihatannya ia pernah belajar mengenai anatomi badan manusia hingga pada beberapa titik tersendiri berasa cukup sakit bila dipijat.
“Aduh.. Perlahan sedikit dong!” teriakku saat ia memijat sisi betisku.
“Kenapa Mas, Sakit? Jika dipijat sakit bermakna ada sisi yang tidak beres. Coba sisi lain, walau pijatannya lebih keras tetapi kan tidak sakit”.
Kupikir benar gagasannya. Saya sedikit pernah baca mengenai pijat refleksi yang buka simpul syaraf serta lancarkan saluran darah hingga metabolisme badan normal kembali. Dia memijat pahaku.
“Hmmhh.. Ada urat yang sedikit ketarik Mas. Tentu beberapa waktu ini adik kecilnya tidak dapat bangun dengan optimal,” tuturnya.
Memang beberapa waktu ini, entahlah sebab kecapekan kerja atau karena lain hingga saat pagi hari waktu bangun tidur adik kecilku keadaannya kurang tegang. Saya tidak memerhatikan sebab pemikiran memang konsentrasi untuk mengakhiri pekerjaan minggu ini. Tangannya seringkali mulai menyenggol kejantananku yang terbungkus celana dalam. Tetapi herannya saya benar-benar tidak terangsang. Kucoba untuk meningkatkan pantatku dengan keinginan tangannya dapat lebih ke depan , tetapi ditekannya pantatku.
“Sudahlah, Mas diam saja kelak tidak jadi pijat,” tuturnya.
Kesempatan ini tangannya betul-betul meremas adik kecilku. Tetapi satu kali lagi saya bingung, sebab tidak dapat terangsang. Tangannya sekarang memijat pinggangku. Ibu jarinya mendesak pantatku sisi samping serta jari yang lain memijat-mijat seputar kandung kemih.
“Penuh.. Beberapa waktu tentu tidak dikeluarkan ya Mas? Maklum adiknya tidak fit,” komentarnya cukup ngeres.
Kembali lagi tebakannya benar. Saya tidak paham ia asal terka atau memang benar ada ilmunya untuk beberapa hal semacam itu.
“Hhh..” kataku saat dia mulai mendesak punggungku, selanjutnya terus sampai tengkuk.
Saya mulai merasakan santai serta mengantuk. Enak pijatannya. Sekarang kakiku diurutnya dengan krim pijat. Sampai di dekat pahaku ia berkata”Tahan sedikit Mas, cukup sakit memang”. Tangannya dengan kuat mengurut paha sisi dalamku. Berasa sakit sekali.
“Uffpp.. Haahh,” kataku sekalian meredam sakit.
Kepalaku kubenamkan ke bantal. Sesudah ke-2 iris pahaku diurut berasa ada ketidaksamaan. Kejantananku mulai bereaksi saat tangannya menyelinap ke bawah pahaku. Perlahan tetapi tentu kejantananku mulai jadi membesar hingga berasa mengganjal. Saya cukup meningkatkan pantatku untuk cari tempat yang enak. Kesempatan ini dibiarkannya pantatku naik serta tanganku meluruskan senjataku pada arah jam 12.
“Balik badannya, dadanya ingin dipijat tidak?”
Kubalikkan badanku. Kulihat keringat mulai menitik di lehernya. Untung ada AC, walau tidak bagus, sedikit membantu. Wati mengusap-usap dadaku.
“Badanmu bagus Mas, dadanya diurut ya?”
“Nggak perlu, tanganku saja deh diurut,” kataku.
Dia duduk di sampingku dengan kaki menggantung di samping ranjang. Saat dia meluruskan serta mengurut tanganku kupegang dadanya. Cukup besar, tetapi cukup kendor.
“Tangannya..” tuturnya mengingatkanku.
Tidak berapakah lama dia telah usai memijat serta mengurut badanku. Saya meregangkan tubuh. Berasa lebih fresh.
“Sebentar saya mengambil air dahulu Mas,” dia keluar kamar serta kembali dengan bawa air hangat serta handuk kecil.
Dicelupkannya handuk kecil ke air hangat serta dilapnya semua tubuhku sampai sisa krim pijat hilang. Selanjutnya dilapnya badanku satu kali lagi dengan handuk yang berada di atas meja kecil. Saya kembali terangsang saat ia melap dadaku. Kuperhatikan ia serta kupegang tangannya di atas dadaku. Dia memutar-mutarkan tangannya yang dibalut handuk.
“Kenapa Mas,” bisiknya.
“Ingin dikeluarin agar tidak penuh serta membludak terbuang,” kataku.
Dia menggerakkan tangan, kode untuk mengocok penisku.
“Nggak bisa emangnya di sini ya? Ini apa?” tanyaku sekalian buka laci meja serta tunjukkan kotak “25” yang kosong barusan.
“Mas ini tangannya usil deh. Bukan demikian Mas, bos berada di sini. Ia ke sini satu minggu 2x. Ia melarang kami untuk begituan dengan tamu, tuturnya akhir-akhir ini seringkali ada razia,” jawabnya.
Kami diam sesaat, tensiku telah mulai turun.
“Begini saja Mas, kebetulan saya ingin serta Mas sebetulnya sesuai seleraku serta rasa-rasanya dapat memuaskanku. Sesekali ingin nikmati kesenangan. Malam nanti saja kita bertemu sesudah jam 10 malam, sini telah tutup”.
Kutanya berapakah tarifnya untuk tadi malam.
“Jangan salah anggap Mas, tidak semua wanita pemijat cuma ingin uang saja. Telah kubilang jika kita kelak dapat take and give. Just for fun”.
Busyet.. Entahlah benar entahlah tidak bahasa yang diucapkannya saya tidak perduli. Malam hari ini saya bisa pemuas keinginanku yang ketahan sepanjang beberapa waktu. Kukatakan kelak sesudah usai kerja kutunggu di hotel tempatku bermalam.
Saya kembali pada hotel serta mandi. Selintas ada keinginanku untuk berswalayan-ria. Tetapi kutahan, takut malam nanti jadi kurang greng. Sesudah mandi saya kembali jalan di seputar hotel. Jalan mulai macet, sebab jam pulang kantor telah melalui. Cuaca cukup mendung serta tidak lama turun gerimis. Kupercepat langkahku, tetapi gerimis telah mulai lebat. Untung ada satu warung tenda. Selintas kubaca ada STMJ. Bisa nih, hitung-hitung persiapan malam nanti. Kupesan segelas. Kuseruput perlahan-lahan. Rasa hangat menjalari tubuhku. Jahenya begitu pedas, kulirik penjualnya.
“Di sini STMJ-nya asli Mas, alami. Bukan bikinan pabrik jamu, tetapi saya bikin sendiri. Jahenya memang menyengaja cukup banyak agar tubuh jadi sehat serta tidak gampang masuk angin,” tuturnya seakan membaca pikiranku. Kutunggu minumanku cukup dingin. Nyatanya ramai warung ini. Mungkin saja karena ramuan Bapak penjualnya yang membuat dengan bahan alami.
Kembali pada hotel walau dengan baju sedikit basah, tetapi kesegaran pijatan serta STMJ membuatku tidak takut masuk angin. Saya tidak bawa serta baju ubah sebab tujuannya tidak bermalam, cuma layani tamu kantor. Kulepas bajuku serta dengan masih menggunakan celana panjang kubaringkan tubuhku ke ranjang yang empuk. Enak jadi orang kaya.
Bermalam dalam tempat yang empuk serta berAC. Tetapi kupikir , nyatanya hidup ini enak jika ditempuh dengan suka hati. Orang kaya yang punyai jabatan pasti tingkat stressnya tambah tinggi serta belum pasti mereka bisa nikmati semua yang ada kepadanya. Mungkin pas saya jadi filsuf, pikirku demikian sadar dari lamunanku.
Kulihat jam dinding tunjukkan jam delapan kurang sepuluh menit. Masihlah ada kesempatan tiduran dua jam sesudah sepanjang hari pikiranku cukup lelah. Tubuh sich tidak apa-apa, cuma pemikiran yang butuh istirahat.
1/2 tertidur saya dengar ketukan di pintu.
“Tok.. Tok.. Tok..
“Mas Anto, ini Wati,” terdengar suara di luar.
Upss, saya melonjak dari ranjang serta buka pintu. Sesudah kubuka pintu saya heran sesaat. Wati masih menggunakan kaus tadi siang dipakainya dibungkus dengan sweater serta celananya telah ubah dengan jeans. Sepatu dengan hak tinggi membuat ia terlihat tambah tinggi serta langsing. Kacamata bening nongkrong di hidungnya yang sedang. Mukanya dihiasi dengan make-up tipis. Jika disaksikan selintas seperti Yurike Prastica.
Wati masuk serta melepas sweaternya. Saya tutup pintu, menguncinya serta duduk di atas ranjang, lalu dia duduk di sampingku. Waktu itu saya masih termangu, tetapi penisku bereaksi bertambah cepat serta langsung tegak dengan kerasnya. Wati lihat kebawah, dia menyengaja lihat serta meraba, menyeka dan mainkan penisku.
Deposit Via OVOSaya mulai bergairah tapi cuma diam menanti laganya. Kurebahkan tubuhku ke tempat tidur, dia terus mainkan penisku. Dilepasnya kacamata serta ditempatkan di meja samping ranjang. Dia berdiri serta melepas celana panjangnya. Pahanya yang mulus terpajang di depanku. Kudorong dia serta kupepetkan ke dinding sekalian berciuman lembut. Dia mengeluh kecil” Ngghngngh..”.
Tangannya buka celana panjangku serta menariknya ke bawah. Tangannya meremas penisku serta mengeluarkannya dari celana dalamku. Dia bergerak hingga saya yang dipepetnya pada dinding. Dalam tempat 1/2 jongkok dia mulai mengulum penisku. Penisku makin lama makin tegang.
Dia menggabungkan permainannya dengan mengocok, menjilat, menyedot serta mengulum penisku. Kupegang erat kepalanya serta kugerakkan maju mundur hingga mulutnya bergerak mengulum penisku. Tangannya meremas pantatku serta menarik celana dalamku yang mengganggu gerakannya. Kurasakan mulutnya mengisap dengan kuat sampai penisku berasa nyeri.
Kuangkat tubuhnya serta kulucuti celana dalamnya. Kaus minimnya masih kubiarkan masih di badannya. Satu keindahan tertentu memandangnya dalam keadaan polos dibagian bawah serta kausnya masih menempel. Belahan payudaranya yang besar membayang dibalik kaus minimnya. Sekarang saya yang jongkok di depannya serta mulai menjilati serta mainkan clit-nya.
0 Komentar untuk "Staff Hotel Suka Ngentot"