Poker Online
IDNTOGEL
idnsports
Togel Online

BERHUBUNGAN DENGAN TANTE DAN ANAKNYA



Sekejap lamanya saya baru saja berdiri di muka pintu gerbang satu rumah elegan tapi berarsitektur gaya Jawa kuno. Hampir separuh sisi rumah di depanku itu dibuat dari kayu jati tua yang super awet. Di muka ada satu pendopo kecil dengan lampu gantung kristalnya yang antik. Lantai keramik dan halaman yang luas dengan pohon-pohon perindangnya yang tumbuh subur menaungi seantero lingkungannya. Saya masih ingat, di samping rumah berlantai dua itu ada kolam ikan Nila yang digabung dengan ikan Tombro, Greskap, serta Mujair. Sesaat ikan Geramah dipisah, begitupun ikan Lelenya. Dibelakang sana masih bisa kucium terdapatnya peternakan ayam kampung itik. Tante Yustina memang satu orang populer dan kenamaan.

Enam tahun saya tinggal di sini sepanjang sekolah SMU sampai D3-ku, sebelum akhirnya saya lulus wisuda di sekolah pelayaran yang mengantarku keliling dunia. Sekarang hampir tujuh tahun saya tidak menginjakkan kakiku di sini. Benar-benar sedikit pergantian pada rumah Tante Yus. Saya ingat juga si Vivi yang dulu masih berumur lima tahun, kutinggalkan, tentu sekarang sudah besar, kelas enam SD.


Kulirik jarum jam tanganku, tunjukkan jam 23:35 pas. Masih sekejap barusan kudengar gemuruh lembut taksi yang mengantarku ke desa Kebun Agung, sleman yang masih asri Suara jangkrik menemani langkah kakiku ke Arah ke pintu samping. Sesaat saya mencari di mana Tante Yus menempatkan anak kuncinya. Tanganku selekasnya meraba-raba di atas pintu samping itu. Bisa. Saya selekasnya membuka pintu dan menyelusup masuk ke.

Sesaat saya melepas sepatu dan kaos dihapus. Hmm, baunya harum juga. Cuma remang-remang ruang samping yang ada. Sepi. Saya terus saja mengambil langkah ke lantai dua, yang disebut terletak kamar-kamar tidur keluarga. Saya dalam hati terus-terusan kagum pada profil Tante Yus. Meski hidup menjada, jadi orang tua tunggal, toh ia bisa mengurus rumah besar karyanya sendiri ini. Lama sekali kupandangi foto Tante Yus dan Vivi yang di belakangnya saya berdiri dengan lugunya. Saya cuma tersenyum.

Kuperhatikan sela di bawah pintu kamar Vivi telah gelap. Saya terus mengambil langkah ke kamar sampingnya. Kamar tidur Tante Yus yang pasti lampunya masih menyala jelas. Rupanya pintunya tidak diatur. Kubuka lahan-lahan dengan hati-hati. Saya cuma melongo bingung. Kamar ini kosong melompong. Saya cuma mendesah panjang. Mungkin Tante yang ada di dalam ruangan yang berada di sebelah kamarnya ini. Sesaat saya menyimpan tas ransel parasit juga melepaskan jaket kulitku. Selanjutnya kaos oblong Jogja dan celana jeans biruku. Kuperhatikan tubuhku yang hitam ini semakin berkulit hitam dan hitam saja. Tapi untungnya, di tempat kerjaku di kapal pesiar itu ada tempat olahraga yang lengkap, sampai aku makin bertambah kekar dan juga sehat.

Tidak peduli dengan kulitku yang legam hitam dengan rambut-bulu yang tumbuh lebat di ke-2 lengan tangan dan kakiku yang membidang sampai ke bawahnya, melingkari pusar dan terus ke bawah tentu saja. Udara. Ya saya cuma ingin rasakan siraman air shower dari kamar mandi Tante Yus yang bisa hangat dan dingin itu.
Saya akan melepas cawat hitamku waktu kudengar panggilan yang benar-benar kukenal itu dari belakangku, "Andrew ..? Kaukah itu ..? ”

Saya selekasnya memutar tubuhku. Saya sedikit kaget lihat tampilan Tante Yus yang cukup berlainan. Ia berdiri termangu hanya mengenakan baju lengan panjang serta melengkapi warna putih dengan pakaian kancing dua sisi yang dilepas. Jadi saya bisa melihat buah dadanya yang kuakui memang memiliki ukuran sangat besar dan benar-benar kencang, dan kenyal. Saya percayaini, Tante Yus tidak menggunakan BH, jelas dari bayangan dua bulatan hitam yang samar-samar kelihatan di ujung ke-2 buah dadanya itu. Rambutnya masih lebat dipotong sebatang bahunya. Kulit kuning langsat dan bersih sekali dengan cat kukunya yang merah muda.

“Ngg .., selamat malam Tante Yus… maaf, keponakanmu hadir untuk liburan di sini tanpa ada yang ngebel dahulu. Maaf juga, jika tujuh tahun lamanya ini belum pernah hadir kesini. Cuma melalui surat, telpon, kartu pos, e-mail .., satu kali lagi, saya minta maaf Tante. Saya benar-benar merindukan Tante ..! ”Ucapku sekalian kubiarkan Tante Yus mendekatiku dengan muka haru dan juga senangnya.
"Ouh Andrew ... ouh ..!" Bisik Tante Yus menalian sekalian menubrukku dan memelukku erat-erat mengaitkan mukanya pada dadaku yang membidangi kasar oleh rambut.
Saya sesaat bisa mengembalikan pelukannya dengan kencang juga, hingga bisa merasakan tekanan puting-puting dua buah dadanya Tante Yus.


“Kamu fikir cuma kamu ya, yang rindu berat sama Tante, hmm ..? Tantemu ini lewat kangennya kamu bertemu. Tahu tidak ..? Edan kamu Andrew ..! ”Paparnya sekalian memandangi wajahku benar-benar dekat sekali dengan ke-2 kembali yang masih berputar pada leherku, sekalian selanjutnya memerhatikan keadaan tubuhku yang baru saja bercawat ini.
Tante Yustina tersenyum mesra sekali. Saya cuma meniadakan air telanjang. Ah Tante Yus ...
"Ya, untuk itu aku meminta maaf pada Tante ..."
“Tentu saja, kumaafkan ..” sahutnya sekalian menghela nafasnya tanpa ada yang masih memperhatikaniku, “Kamu lebih gagah dan juga ganteng Andrew. Tentu di kapal, banyak wanita yang bule itu jatuh hati kepadamu. Siapa pacarmu, hmm ..? ”
“Belum punyai Tan. Saya masih nabung untuk membina rumah tangga dengan satu orang, entah siapa siapa kelak. Karena itu, aku ingin meminta Tante bikinkan aku desain rumah ... "
“Bayarannya ..?” Tanya Tante Yus cepat menyambar mulutku dengan bibir tipis Tante Yus yang merah.

Saya kaget, tapi dalam hati juga senang. Tidak ada kutolak Tante Yus untuk memelukku terus-terusan semacam ini. Tapi apesnya, batang memulai aku mulai geli untuk bangun tiba. Walau sebenarnya di tempat itu, perut Tante Yus menekanku. Pasti ia bisa rasakan pergantian peristiwanya.

"Aku ... ngg ..."
“Ahh, kamu Andrew. Tante benar-benar rindu kepadamu, hmm ... ouh Andrew ... hmm ..! ”Sahut Tante Yus mencalian sekerut mulutku dengan bibirnya.
Saya sesaat kaget dengan serangan ganas mulut Tante Yus yang semakin binal melumat-lumat mulutku, mendasak-desaknya ke dengan buas. Sesaat jemari ke-2 menggerayangi semua sisi kulit tubuhku, khusus di bagian punggung, dada, serta selangkanganku. Tidak karuan, saya jadi terangsang. Sekarang saya berjuang balas ciuman Tante Yus. Tante Kelihatannya Yus tidak mau mengalah, ia juga lebih pembohong. Sekarang mulut Tante Yus merayap turun ke bawah, telusuri leherku juga dadaku. Beberapa cupangan yang dikeluarkan warna merah menghiasi pada leher juga dadaku. Sekarang dengan pembohong Tante Yus menarik cawatku ke bawah setelah jongkok terus di selangkanganku yang sedikit terbuka itu. Tentunya, batang ledakanku yang sebetulnya sudah merapat, langsung dilepaskan, mukanya yang cantik dan ayu.

“Ouh, edan benar. Tititmu besar sekali juga kekar, An. Ouh ... hmmm ...!
Sesaat tangan kanannya mengocok-ngocok batang kejantananku, sedang jemari tangan kirinya meremas-remas buah kemenanganku. Saya cuma mengerang-ngerang rasakan kerumitan yang nikmat tanpa taranya. Bagaimana, batang keterlibatanku dengan diam-diam di tempat kerjaku sana, kulatih demikian rupa, hingga jadi tumbuh besar juga panjang. Paling akhir kuukur, batang kejantanan ini memiliki panjang 25 cm dengan garis lingkarnya yang hampir 20 senti. Rambut kemaluan menyengaja kurapikan.

Tante Yus terus-terusan masih aktif mengocok-ngocok batang kemenanganku. Remasan pada buah pembunuhanku membuatku merintih-rintih kesakitan, tapi sangat nikmat. Serta dengan gilanya Tante Yus gagal memukul-mukulkan batang kemaluanku ini ke semua permukaan mukanya. Saya sendiri langsung tidak dapat meredam lebih lama pucuk beruntungku. Dengan memegangi kepala Tante Yus, saya menikam-nikamkan batang kejantananku pada mulut Tante Yus. Tidak karuan, Tante Yus jadi tersendak-sendak mau muntah atau batuk. Air jahat berlawanan sudah menetes, sebab batang kejantananku bisa mengocok sampai ke tenggorokannya.

Pada satu kesempatan, saya berhasil melepaskan kemejanya. Saya benar-benar kaget waktu melihat ukuran buah dadanya. Mengagumkan besarnya. Keringat betul-betul sudah membasahi ke-2 badan kami yang tidak pakai pakaian ini. Dengan ganas, ke-2 tangan Tante Yus sekarang mengocok-ngocok batang kemenanganku dengan genggamannya yang benar-benar benar-benar aman sekali. Tapi sebab sudah ada lumuran udara ludah Tante Yus, sekarang jadi licin dan percepat proses ejakulasiku.
"Crooot ... cret .. croot ... creeet ..!" Menyemprot air maniku pada mulut Tante Yus.
Waktu spremaku muncrat, Tante Yus dengan batang melanjutkan aku kembali ke dalam mulutnya sekalian mengurut-ngurutnya, hingga sisa-sisa air maniku dan semua ditelan habis oleh Tante Yus.

"Ouhh ... ouh .. auh Tante ... ouh ..!" Gumamku rasakan gairahku yang indah ini dikerjai oleh Tante Yus.
"Hmmm ... Andrew ... ouh, banyak air maninya. Hmmm .., lezaat sekali. Lezat. Ouh ... hmmm ..! ”Bisik Tante Yus menjilati semua sisi batang kemaluanku serta sisa-sisa air maninya.
Sesaat saya baru saja memproses nafasku, sesaat Tante Yus masih mengocok-ngocok dan menjilatinya.
"Ayo, Andrew ... kemarilah Sayang .., kemarilah sayang ..!" Pintanya sekalian telentang dan buka ke-2 iris pahanya lebar-lebar.

Saya tanpa menghabiskan waktu, terus menyerudukkan mulutku pada sela vagina Tante Yus yang merekah ingin kuterkam itu. Benar-benat lezat. Vagina Tante Yus mulai kulumat-tanpa ada karuan, sedang lidahku menjilat-jilat deras semua bagiang liang vaginanya yang dalam. Berkali-kali saya memperoleh kelentitnya melalui lidahku yang kasar. Rambut mahasiswi Tante Yus memang lebat dan teduh. Cupangan merah juga menunjukkan pada semua sisi daging Tante Yus yang menggairahkan ini. Tante Yus cuma menggerinjal-gerinjal kegelian dan juga benar-benar suka sekali kelihatannya. Kulirik barusan, Tante Yus terus-terusan lakukan remasan pada buah dadanya sendiri sekalian kadang-kadang memelintir puting-putingnya. Berkali-kali mulutnya mendesah-desah dan menjerit kecil waktu mulutku menciumi mulut vaginanya juga menerik-narik daging kelentitnya.

"Ouh Andrew ... kerjakan sesukamu .. ouh .., kerjakan, kumohon ..!" Pintanya mengerang-erang deras.
Selang sepuluh menit kemuadian, sekarang saya merayap lembut ke arah perutnya, dan juga terus merapat di semua sisi buah dadanya. Dengan ganas saya menyedot-nyedot puting payudaranya. Tapi air susunya benar-benar tidak keluar, cuma puting-puting yang sekarang mengeras dan memanjang membengkak keseluruhan. Di buah dadanya ini saya juga bisa melihat cupanganku banyak. Berkali-kali jemariku memilin-milin susu puting-puting susu Tante Yus dengan berganti-gantian, kiri kanan. Saya sekarang tidak tahan untuk menyetubuhi Tanteku. Dengan bersemangat, aku berhasil masuk batang kemaluanku pada liang vaginanya.

"Ooouhkk .. yeaaah ... ayoo .. ayooo ... genjot Andrew ..!" Teriak Tante Yus waktu rasakan batang kejantananku mulai menikam-nikam pembohong mulut vaginanya.
Sekalian menyokong tubuhku yang berpegangan pada buah dadanya, aku membuat tingkat irama keluar masuk batang perjuanganku pada vagina Tante Yus. Wanita itu bebas berpegangan pada ke-2 tanganku yang sekalian meremas-remas ke-2 buah dadanya.
"Blesep ... sleeep ... blesep ..!" Suara senggama yang benar-benar indah menemani dengan alunan lembut.
Selang dua puluh menit pucuk klimaks itu kucapai dengan prima, "Creeet ... croot ... creeet ..!"
“Ouuuhhhkk .. aooouhkk… aaahhk ..,” hebat Tante Yus menggelepar-gelepar lunglai.
"Tante ... ouhhh ..!" Gumamku rasakan keletihanku yang terasa sangat di semua sisi tubuhku.
Tante Yus, kami jatuh tertidur. Tante Yus ada di atasku.

Sebab kelelahanku yang benar-benar menguasai semua jaringan tubuhku, aku betul-betul dapat tertidur dengan nyenyak dan juga tenang. Entahlah telah berapakah lama saya tertidur nyenyak, yang pasti waktu kubangun udara dingin selekasnya menyergapku. Kera Saya sadar, ini di desa dekat Merapi, sungguh dingin. Tidak berapakah lama jam dinding berdentang lima sampai enam kali. Jam enam pagi ..! Dengan cukup malas saya bergerak berdiri, tetapi tidak kulihat Tante Yusgantung di kamar ini. Sepi dan kosong. Dimana besarbesaran ..? Saya terus berusaha ingin tahu. Dalam kondisi bugil ini, saya mengambil langkah lampu meja dekati. Selembar kertas kutemukan dengan tulisan dari tangan Tante Yustina.

Andrew sayang, Tante kudu cepat-cepat ke Jakarta pagi hari ini. Sudah dijemput. Ada pameran di sana. Tolong biarkan rumah serta Vivi. Ttd, Yustina.

Saya menghela nafas dalam-dalam. Edan, setelah menikmati diriku, ia minggat. Tapi tidak apa-apa, aku bisa tenang di sini, ditemani Vivi. Eh, tapi dimana ia ..? Saya selekasnya ambil selembar handuk putih kecil yang selekasnya kulilitkan pada badan bawahku. Tanpa menghabiskan waktu saya selekasnya telusuri rumah, dari kamar ke kamar dari kamar ke kamar. Tapi figur bocah SD itu tidak terlihat benar-benar. Saya hampir putus harapan, tapi tiba-tiba saya mendengar suara gemericik air dari kamar mandi tamu di muka sana. Vivi. Ya itu tentu saja. Saya selekasnya mengincar.

Kubuka pintu kamar tamu luas dan asri ini. Benar Kulihat pintu kamar mandinya tidak ditutup, ada bayangan orang di sana yang mandi sekalian menyanyi melagukan Westlife. Gila, anak SD nyanyinya demikian. Saya cuma tersenyum saja. Perlahan-lahan saya dekati gawang pintu. Saya saat ini juga bebas menghabiskan ludahku sendiri. Vivi berdiri membelakangiku masih asik bergoyang-goyang sekalian menggosok semua orang yang telanjang bundar itu dengan sabun. Rambut panjangnya tumbuh lurus dengan hitam hanya pinggang. Berkulit kuning langsat dan kelihatannya halus sekali. Kusadari ia sudah tumbuh lebih dewasa.

Air shower masih menyiraminya dengan hangat. Pantatnya benar-benar indah bergerak penuh hasrat. Cuma saya belum melihat buah dadanya. Tanpa ada kuduga, Vivi mengubah badannya. Saya yang melamun, saat itu juga kaget bukan utama, takut dan cemas membuat terkejut lalu geram besar. Nyatanya tidak.

"Mas ..? Mas Andrew ..? ”Tanya Vivi tidak yakin dengan muka suka bersatu terkejut.
Saya cuma bisa menghela nafas lega. Bisa kuperhatikan sekarang, buah dadanya Vivi sudah tumbuh lumayan besar. Puting-putingnya hitam memerah dan terlihat menawan. Kurang lebih buah dadanya ya, seputar suka tutup gelas itu. Seperti belum tumbuh, tapi kok kelihatan telah memiliki daging yang menonjol. Sedang rambut herbalnya benar-benar belum tumbuh. Masih bersih licin.

“Hai vivi, apa beritanya ..?” Tanyaku mendekat.
Vivi cuma tersenyum, “Masih ingat saat kita renang bersama dengan di rumahku dahulu ..? Kita berdua kan ..? Hmm ..? ”Sambungku mendapatkan bahunya.
Air terus menyirami pengaruh, serta sekarang tubuhku. Vivi mengangguk ingat.
"Ya. Ngg .., bagaimana kalau kita mandi bersama Mas. Vivi kangen ... mas andrew .. ouh ..! "Katanya memeluk pinggangku.
Saya mengangkat bahu yang setinggi dadaku ini dengan erat.
"Tentu saja, yuk ..!"

Aku menurunkan Vivi.
"Kapan Mas datangnya ..?"
“Tadi malam. Vivi lagi tidur ya ..? ”
"Hm .. Mh ..!"

Saya melepas handukku yang sekarang basah. Saat kulepas handukku, Vivi terlihat terkejut melihat rambut berku yang tumbuh rapi. Selekasnya saja berhasil menjemput buah apel dan bantang kejantananku.

“Ouh .., Mas sudah punyai rambut lebat ya. Vivi belum Mas .., ”katanya sekalian memerhatikan vaginanya yang kecil.
Tentunya saya jadi geli, batang kemaluanku diraba-raba dan ditimang-timang jemari tangan hijauil Vivi yang nakal ini.

“Itu sebabnya Vivi masih kecil. Kelak juga pasti memiliki rambut sumbangan. Hmm ..? ”Ucapku sekalian membelai mukanya yang manis sekali.
Vivi cuma tersipu. Apesnya, saya sekarang jadi semakin suka waktu Vivi menarik-narik batang kejantananku dengan candanya.
"Ihhh .., kenyal sekali ... ouh .., seperti belalai ya Mas ..!"
Saya jadi terangsang. Edan.
“Belalai ini bisa tumbuh besar dan panjang lho. Vivi ingin lihat ..? ”
"Iya Mas .., bagaimana tuch ..?"
“Vivi harus mengulum, menghisap-hisap serta menguatnya dengan kuat sekali batang zakar ini. Bagaimana ..? Enak kok ..! ”Kataku membujuk dengan hati yang berdebar-debar kencang.
Vivi sesaat berpikir, lalu tanpa melihat ke arahku, ia akan menentukan ujung batang kejantananku ke mulutnya. Wow..! Gadis kecil ini langsung melakukan perintahku, lebih-lebih aku mengarahkan untuk mengocok-ngocok batang kemenangananku, Vivi menurut saja, ia menentang kegirangan suka sekali. Dia anggap batang mainan barang.

“Iya Mas. Lebih besar sekali juga panjang ..! ”Serunya kembali melumat-lumatkan batang kejantananku dan mengocok keras batangnya.
Saat ini Vivi kuajari untuk meremas buah kemenanganku. Saya yang melakukan semuanya jika Tante Yus yang melakukan. Indah sekali sensasinya. Tapi saya senang ditengah nafsu seksku dari bocah cilik ini. Gila, sepupuku. Tapi apa bisa bikin. Saya kepingin sekali sekarang. Yang ada hanya Vivi yang lugu dan juga bodoh tapi mengasyikan sekali. Batang kejantananku sekarang betul-betul sudah tumbuh prima keras juga panjangnya. Vivi semakin suka. Saya semakin tidak tahan.

"Teruskan Vi, teruskan ... ya .., ya ... lebih keras dan kenceng ... lakukan Sayang ..!" Perintahku sekalian mengerang-erang.
Hanya lima menit kemudian, air maniku muncrat di mulut Vivi yang tengah mencoba batang kontolku.
"Creeet ... crooot .. creet .. cret ..!"
“Hup .. mhhhp ..!” Teriak terkejut Vivi ingin melepaskan batang kemaluanku.
Tapi itu juga ia kutukan untuk masih memasukkan batang kemaluanku di mulutnya.

“Telan semua spermanya Vi. Itu namanya sperma. Enak sekali kok, bergizi tinggi. Telan semua, ya .. yaaa ... begitu ... teruskan sisa-sisa dari batangnya Mas ..! ”Perintahku yang dituruti dengan sedikit malas.
Tapi lama kelamaan Vivi terlihat enak mencari air maniku.
“Enak sekali Mas. Selain kental dan baunya, hmm .., seperti air tajin waktu Mama nanak nasi ..! Enak intinya ..! dong Mas, keluarkan spermanya ..! ”
Edan. Edan benar. Saya masih mencoba mengendalikan jalannya nafasku, Vivi meminta spermaku ..? Gila anak ini.

“Baik, tapi sekarang Vivi turuti perintahku ya ..! Kelak lebih asik, tetapi sakit. Bagaimana ..? ”
“Kalau enak juga asik, mauh. Tidak papah sakit sedikit. Apakah spermanya ada khan ..? ”
Saya mengangguk. Mulai dari sekalian kubuka ke-2 hingga paha yang mulus itu untuk memutari di pinggangku. Vivi memerhatikan saja. Udara dari kamar mandi masih mengucuri kami dengan dingin setelah barusan tiba.
“Auuuh, aduh .. Mas ..!” Teriak vivi terkejut waktu saya masukkan batang kejantananku ke liang vaginanya yang pasti benar-benar lipat itu.

Tapi aku tidak peduli. Kukocok vagina Vivi dengan deras dan kencang sekalian kuremas-remas buah dadanya yang kecil, dan menarik-narik puting-puting buah dadanya dengan gemas sekali. Vivi semakin menjerit-jerit kesakitan dan semakin menggerinjal-gerinjal hebat.
"Sakiiit .. auuuh Mas .., Mas hentikan saja ... sakiiit, perih sekali Mas, periiihhh ... ouuuh akkkh ... aouuuhkkk ..!"

“Blesep .. blesep… slebb ..!” Suara persetubuhkan kami semakin indah dengan siraman shower di atas kami.
Saya makin gila dan juga garang. Pergerakan tubuh saya semakin cepat. Bisa kurasakan batang kemaluanku yang memiliki ukuran raksasa ini mengocok liang vaginan Vivi yang super rapat ketatnya. Dari tempat ini, saya ganti dengan tempat Vivi yang menungging, saya menyodok vaginanya dari belakang. Lalu ke tempat ia kupangku, sedang aku yang bergerak mengguncang naik, lalu kuterima dengan menikam ke atas menyongsong vaginanya yang meluluhkan darah.

"Tidak Massa ... ouh sakit .. uhhk ... huuuk ... ouhhh ... sakiiit ..!" Tangisnya sejadi-jadinya.
Tapi saya tidak peduli, tempat di kucobakan pada bugil mungil Vivi. Serta Vivi hampir tidak sadarkan diri. Tapi pada saat gadis itu tidak akan sadarkan diri, pucuk hadir ejakulasiku.
"Creeet ... crooot .. sreeet ... crreeet ..!" Muncratnya air mani yang penuhi liang vaginanya Vivi bersatu dengan darahnya.
Vivi jatuh tidak sadarkan diri. Saya hanya mengendalikan nafasku saja yang tidak karuan. Lemas. Vivi tidak sadarkan diri waktu saya memasangkan kembali batang kemaluanku ke tempat ia, kugendong di muka dengan dadanya merapat pada dadaku. Pelan-pelan kujatuh menggelosor ke bawah dengan batang kemaluanku yang masih menancap erat di vaginanya.

Itu pengalamanku dengan Tante Yus dan putrinya. Vivi yang ada memang binal itu. Teriring salam untuk Vivi.
0 Komentar untuk "BERHUBUNGAN DENGAN TANTE DAN ANAKNYA "

Back To Top